Just another WordPress.com weblog

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Mengenal Rabi’ah Al-Adawiyah

Suatu ketika, Rabiah al-Adawiyah makan bersama dengan keluarganya. Sebelum menyantap hidangan makanan yang tersedia, Rabi’ah memandang ayahnya seraya berkata, “Ayah, yang haram selamanya tak akan menjadi halal. Apalagi karena ayah merasa berkewajiban memberi nafkah kepada kami.” Ayah dan ibunya terperanjat mendengar kata-kata Rabi’ah. Makanan yang sudah di mulut akhirnya tak jadi dimakan. Ia pandang Rabi’ah dengan pancaran sinar mata yang lembut, penuh kasih. Sambil tersenyum, si ayah lalu berkata, “Rabi’ah, bagaimana pendapatmu, jika tidak ada lagi yang bisa kita peroleh kecuali barang yang haram?” Rabi’ah menjawab: “Biar saja kita menahan lapar di dunia, ini lebih baik daripada kita menahannya kelak di akhirat dalam api neraka.” Ayahnya tentu saja sangat heran mendengar jawaban Rabi’ah, karena jawaban seperti itu hanya didengarnya di majelis-majelis yang dihadiri oleh para sufi atau orang-orang saleh. Tidak terpikir oleh ayahnya, bahwa Rabi’ah yang masih muda itu telah memperlihatkan kematangan pikiran dan memiliki akhlak yang tinggi (Abdul Mu’in Qandil).

Penggalan kisah di atas sebenarnya hanya sebagian saja dari kemuliaan akhlak Rabi’ah al-Adawiyah, seorang sufi wanita yang nama dan ajaran-ajarannya telah memberi inspirasi bagi para pecinta Ilahi. Rabi’ah adalah seorang sufi legendaries. Sejarah hidupnya banyak diungkap oleh berbagai kalangan, baik di dunia sufi maupun akademisi. Rabi’ah adalah sufi pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi). Selain Rabi’ah al-Adawiyah, sufi lain yang memperkenalkan ajaran mahabbah adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia tahun 604 H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M. Jalaluddin Rumi banyak mengenalkan konsep Mahabbah melalui syai’ir-sya’irnya, terutama dalam Matsnawi dan Diwan-i Syam-I Tabriz.

Sepanjang sejarahnya, konsep Cinta Ilahi (Mahabbatullah) yang diperkenalkan Rabi’ah ini telah banyak dibahas oleh berbagai kalangan. Sebab, konsep dan ajaran Cinta Rabi’ah memiliki makna dan hakikat yang terdalam dari sekadar Cinta itu sendiri. Bahkan, menurut kaum sufi, Mahabbatullah tak lain adalah sebuah maqam (stasiun, atau jenjang yang harus dilalui oleh para penempuh jalan Ilahi untuk mencapai ridla Allah dalam beribadah) bahkan puncak dari semua maqam. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali misalnya mengatakan, “Setelah Mahabbatullah, tidak ada lagi maqam, kecuali hanya merupakan buah dari padanya serta mengikuti darinya, seperti rindu (syauq), intim (uns), dan kepuasan hati (ridla)”.

Rabi’ah telah mencapai puncak dari maqam itu, yakni Mahabbahtullah. Untuk menjelaskan bagaimana Cinta Rabi’ah kepada Allah, tampaknya agak sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata. Dengan kata lain, Cinta Ilahi bukanlah hal yang dapat dielaborasi secara pasti, baik melalui kata-kata maupun simbol-simbol. Para sufi sendiri berbeda-beda pendapat untuk mendefinisikan Cinta Ilahi ini. Sebab, pendefinisian Cinta Ilahi lebih didasarkan kepada perbedaan pengalaman spiritual yang dialami oleh para sufi dalam menempuh perjalanan ruhaninya kepada Sang Khalik. Cinta Rabi’ah adalah Cinta spiritual (Cinta qudus), bukan Cinta al-hubb al-hawa (cinta nafsu) atau Cinta yang lain. Ibnu Qayyim al-Jauziyah (691-751 H) membagi Cinta menjadi empat bagian.

Pertama, mencintai Allah. Dengan mencintai Allah seseorang belum tentu selamat dari azab Allah, atau mendapatkan pahala-Nya, karena orang-orang musyrik, penyembah salib, Yahudi, dan lain-lain juga mencintai Allah.
Kedua, mencintai apa-apa yang dicintai Allah. Cinta inilah yang dapat menggolongkan orang yang telah masuk Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Manusia yang paling Cintai adalah yang paling kuat dengan cinta ini.
Ketiga, Cinta untuk Allah dan kepada Allah. Cinta ini termasuk perkembangan dari mencintai apa-apa yang dicintai Allah.
Keempat, Cinta bersama Allah. Cinta jenis ini syirik. Setiap orang mencintai sesuatu bersama Allah dan bukan untuk Allah, maka sesungguhnya dia telah menjadikan sesuatu selain Allah. Inilah cinta orang-orang musyrik.

Pokok ibadah, menurut Ibnu Qayyim, adalah Cinta kepada Allah, bahkan mengkhususkan hanya Cinta kepada Allah semata. Jadi, hendaklah semua Cinta itu hanya kepada Allah, tidak mencintai yang lain bersamaan mencintai-Nya. Ia mencintai sesuatu itu hanyalah karena Allah dan berada di jalan Allah.

Cinta sejati adalah bilamana seluruh dirimu akan kau serahkan untukmu Kekasih (Allah), hingga tidak tersisa sama sekali untukmu (lantaran seluruhnya sudah engkau berikan kepada Allah) dan hendaklah engkau cemburu (ghirah), bila ada orang yang mencintai Kekasihmu melebihi Cintamu kepada-Nya. Sebuah sya’ir mengatakan:

Aku cemburu kepada-Nya,
Karena aku Cinta kepada-Nya,
Setelah itu aku teringat akan kadar Cintaku,
Akhirnya aku dapat mengendalikan cemburuku

Oleh karena itu, setiap Cinta yang bukan karena Allah adalah bathil. Dan setiap amalan yang tidak dimaksudkan karena Allah adalah bathil pula. Maka dunia itu terkutuk dan apa yang ada di dalamnya juga terkutuk, kecuali untuk Allah dan Rasul-Nya

Rabi’ah adalah anak keempat dari empat saudara. Semuanya perempuan. Ayahnya menamakan Rabi’ah, yang artinya “empat”, tak lain karena ia merupakan anak keempat dari keempat saudaranya itu. Pernah suatu ketika ayahnya berdoa agar ia dikaruniai seorang anak laki-laki. Keinginan untuk memperoleh anak laki-laki ini disebabkan karena keluarga Rabi’ah bukanlah termasuk keluarga yang kaya raya, tapi sebaliknya hidup serba kekurangan dan penuh penderitaan. Setiap hari ayahnya kerap memeras keringat untuk menghidupi keluarganya, sementara anak-anaknya saat itu masih terbilang kecil-kecil. Apalagi dengan kehadiran Rabi’ah, beban penderitaan ayahnya pun dirasakan semakin bertambah berat, sehingga bila kelak dikaruniai anak laki-laki, diharapkan beban penderitaan itu akan berkurang karena anak laki-laki bisa melindungi seluruh keluarganya. Atau paling tidak bisa membantu ayahnya untuk mencari penghidupan.

Sekalipun keluarganya berada dalam kehidupan yang serba kekurangan, namun ayah Rabi’ah selalu hidup zuhud dan penuh kesalehan. Begitu pun Rabi’ah, yang meskipun sejak kecil hingga dewasanya hidup serba kekurangan, namun ia sama sekali tidak menciutkan hatinya untuk terus beribadah kepada Allah. Sebaliknya, kepapaan keluarganya ia jadikan sebagai kunci untuk memasuki dunia sufi, yang kemudian melegendakan namanya sebagai salah seorang martir sufi wanita di antara deretan sejarah para sufi.

Rabi’ah memang tidak mewarisi karya-karya sufistik, termasuk sya’ir-sya’ir Cinta Ilahinya yang kerap ia senandungkan. Namun begitu, Sya’ir-sya’ir sufistiknya justru banyak dikutip oleh para penulis biografi Rabi’ah, antara lain J. Shibt Ibnul Jauzi (w. 1257 M) dengan karyanya Mir’at az-Zaman (Cermin Abad Ini), Ibnu Khallikan (w. 1282 M) dengan karyanya Wafayatul A’yan (Obituari Para Orang Besar), Yafi’I asy-Syafi’i (w. 1367 M) dengan karyanya Raudl ar-Riyahin fi Hikayat ash-Shalihin (Kebun Semerbak dalam Kehidupan Para Orang Saleh), dan Fariduddin Aththar (w. 1230 M) dengan karyanya Tadzkirat al-Auliya’ (Memoar Para Wali).

Dari sekian banyak penulis biografi Rabi’ah, Tadzkirat al-Awliya’ karya Fariduddin Aththar tampaknya dianggap sebagai buku biografi yang paling mendekati kehidupan Rabi’ah, terutama ketika awal-awal Rabi’ah akan lahir di tengah keluarga yang sangat miskin itu (tapi ada yang menyebutkan bahwa keluarga Rabi’ah sebenarnya termasuk keturunan bangsawan). Riwayat Aththar, yang dikutip Margaret Smith dalam bukunya Rabi’a the Mystic & Her Fellow-Saints in Islam (sebuah disertasi, terbitan Cambridge University Press, London, 1928), antara lain banyak mengungkap sisi-sisi kehidupan Rabi’ah sejak kecil hingga dewasanya.

Diceritakan, sewaktu bayi Rabi’ah lahir malam hari, di rumahnya sama sekali tidak ada minyak sebagai bahan untuk penerangan, termasuk kain pembungkus untuk bayi Rabi’ah. Karena tak ada alat penerangan, ibunya lalu meminta sang suami, Ismail, untuk mencari minyak di rumah tetangga. Namun, karena suaminya terlanjur berjanji untuk tidak meminta bantuan pada sesama manusia (kecuali pada Tuhan), Ismail pun terpaksa pulang dengan tangan hampa. Saat Ismail tertidur untuk menunggui putri keempatnya yang baru lahir tersebut, ia kemudian bermimpi didatangi oleh Nabi Muhammad Saw dan bersabda: “Janganlah bersedih hati, sebab anak perempuanmu yang baru lahir ini adalah seorang suci yang agung, yang pengaruhnya akan dianut oleh 7.000 umatku.” Nabi kemudian bersabda lagi: “Besok kirimkan surat kepada Isa Zadzan, Amir kota Basrah, ingatkanlah kepadanya bahwa ia biasanya bershalawat seratus kali untukku dan pada malam Jum’at sebanyak empat ratus kali, tetapi malam Jum’at ini ia melupakanku, dan sebagai hukumannya ia harus membayar denda kepadamu sebanyak empat ratus dinar.”

Ayah Rabi’ah kemudian terbangun dan menangis. Tak lama, ia pun menulis surat dan mengirimkannya kepada Amir kota Basrah itu yang dititipkan kepada pembawa surat pemimpin kota itu. Ketika Amir selesai membaca surat itu, ia pun berkata: “Berikan dua ribu dinar ini kepada orang miskin itu sebagai tanda terima kasihku, sebab Nabi telah mengingatkanku untuk memberi empat ratus dinar kepada orang tua itu dan katakanlah kepadanya bahwa aku ingin agar ia menghadapku supaya aku dapat bertemu dengannya. Tetapi aku rasa tidaklah tepat bahwa orang seperti itu harus datang kepadaku, akulah yang akan datang kepadanya dan mengusap penderitaannya dengan janggutku.”

Aththar juga menceritakan mengenai nasib malang yang menimpa keluarga Rabi’ah. Saat Rabi’ah menginjak dewasa, ayah dan ibunya kemudian meninggal dunia. Jadilah kini ia sebagai anak yatim piatu. Penderitaan Rabi’ah terus bertambah, terutama setelah kota Basrah dilanda kelaparan hebat. Rabi’ah dan suadara-saudaranya terpaksa harus berpencar, sehingga ia harus menanggung beban penderitaan itu sendirian.

Suatu hari, ketika sedang berejalan-jalan di kota Basrah, ia berjumpa dengan seorang laki-laki yang memiliki niat buruk. Laki-laki itu lalu menarik Rabi’ah dan menjualnya sebagai seorang budak seharga enam dirham kepada seorang laki-laki. Dalam statusnya sebagai budak, Rabi’ah benar-benar diperlakukan kurang manusiawi. Siang malam tenaga Rabi’ah diperas tanpa mengenal istirahat. Suatu ketika, ada seorang laki-laki asing yang datang dan melihat Rabi’ah tanpa mengenakan cadar. Ketika laki-laki itu mendekatinya, Rabi’ah lalu meronta dan kemudian jatuh terpeleset. Mukanya tersungkur di pasir panas dan berkata: “Ya Allah, aku adalah seorang musafir tanpa ayah dan ibu, seorang yatim piatu dan seorang budak. Aku telah terjatuh dan terluka, meskipun demikian aku tidak bersedih hati oleh kejadian ini, hanya aku ingin sekali ridla-Mu. Aku ingin sekali mengetahui apakah Engkau Ridla terhadapku atau tidak.” Setelah itu, ia mendengar suara yang mengatakan, “Janganlah bersedih, sebab pada saat Hari Perhitungan nanti derajatmu akan sama dengan orang-orang yang terdekat dengan Allah di dalam surga.”

Setelah itu, Rabi’ah kembali pulang pada tuannya dan tetap menjalankan ibadah puasa sambil melakukan pekerjaannya sehari-hari. Konon, dalam menjalankan ibadah itu, ia sanggup berdiri di atas kakinya hingga siang hari.

Pada suatu malam, tuannya sempat terbangun dari tidurnya dan dari jendela kamarnya ia melihat Rabi’ah sedang sujud beribadah. Dalam shalatnya Rabi’ah berdoa, “Ya Allah, ya Tuhanku, Engkau-lah Yang Maha Mengetahui keinginan dalam hatiku untuk selalu menuruti perintah-perintah-Mu. Jika persoalannya hanyalah terletak padaku, maka aku tidak akan henti-hentinya barang satu jam pun untuk beribadah kepada-Mu, ya Allah. Karena Engkau-lah yang telah menciptakanku.” Tatkala Rabi’ah masih khusyuk beribadah, tuannya tampak melihat ada sebuah lentera yang tergantung di atas kepala Rabi’ah tanpa ada sehelai tali pun yang mengikatnya. Lentera yang menyinari seluruh rumah itu merupakan cahaya “sakinah” (diambil dari bahasa Hebrew “Shekina”, artinya cahaya Rahmat Tuhan) dari seorang Muslimah suci.

Melihat peristiwa aneh yang terjadi pada budaknya itu, majikan Rabi’ah tentu saja merasa ketakutan. Ia kemudian bangkit dan kembali ke tempat tidurnya semula. Sejenak ia tercenung hingga fajar menyingsing. Tak lama setelah itu ia memanggil Rabi’ah dan bicara kepadanya dengan baik-baik seraya membebaskan Rabi’ah sebagai budak. Rabi’ah pun pamitan pergi dan meneruskan pengembaraannya di padang pasir yang tandus.

Dalam pengembaraannya Rabi’ah berkeinginan sekali untuk pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji. Akhirnya, ia berangkat juga dengan ditemani seekor keledai sebagai pengangkut barang-barangnya. Sayangnya, belum lagi perjalanan ke Mekkah sampai, keledai itu tiba-tiba mati di tengah jalan. Ia kemudian berjumpa dengan serombongan kafilah dan mereka menawarkan kepada Rabi’ah untuk membawakan barang-barang miliknya. Namun, tawaran itu ditolaknya baik-baik dengan alasan tak ingin meminta bantuan kepada bukan selain Tuhannya. Ia hanya percaya pada bantuan Allah dan tidak percaya pada makhluk ciptaan-Nya.

Orang-orang itu pun memahami keinginan Rabi’ah, sehingga mereka meneruskan perjalanannya. Rabi’ah terdiam dan kemudian menundukkan kepalanya sambil berdoa, “Ya Allah, apalagi yang akan Engkau lakukan dengan seorang perempuan asing dan lemah ini? Engkau-lah yang memanggilku ke rumah-Mu (Ka’bah), tetapi di tengah jalan Engkau mengambil keledaiku dan membiarkan aku seorang diri di tengah padang pasir ini.”

Setelah asyik bermunajat, di depan Rabi’ah tampak keledai yang semula mati itu pun hidup kembali. Rabi’ah tentu saja gembira karena bisa meneruskan perjalannya ke Mekkah.

Dalam cerita yang berbeda disebutkan, saat Rabi’ah berada di tengah padang pasir, ia berdoa, “Ya Allah, ya Tuhanku. Hatiku ini merasa bingung sekali, ke mana aku harus pergi? Aku hanyalah debu di atas bumi ini dan rumah itu (Ka’bah) hanyalah sebuah batu bagiku. Tampakkanlah wajah-Mu di tempat yang mulia ini.” Bgeitu ia berdoa sehingga muncul suara Allah dan langsung masuk ke dalam hatinya tanpa ada jarak, “Wahai Rabi’ah, ketika Musa ingin sekali melihat wajah-Ku, Aku hancurkan Gunung Sinai dan terpecah menjadi empat puluh potong. Tetaplah berada di situ dengan Nama-Ku.”

Diceritakan pula, saat Rabi’ah dalam perjalanannya ke Mekkah, tiba-tiba di tengah ia melihat Ka’bah datang menghampiri dirinya. Rabi’ah lalu berkata, “Tuhanlah yang aku rindukan, apakah artinya rumah ini bagiku? Aku ingin sekali bertemu dengan-Nya yang mengatakan, ‘Barangsiapa yang mendekati Aku dengan jarak sehasta, maka Aku akan berada sedekat urat nadinya.’ Ka’bah yang aku lihat ini tidak memiliki kekuatan apa pun terhadap diriku, kegembiraan apa yang aku dapatkan apabila Ka’bah yang indah ini dihadapkan pada diriku?” Singkat cerita, sekembalinya Rabi’ah dari menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia kemudian menetap di Basrah dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Allah seraya melakukan perbuatan-perbuatan mulia.

Sebagaimana yang banyak ditulis dalam biografi Rabi’ah al-Adawiyah, wanita suci ini sama sekali tidak memikirkan dirinya untuk menikah. Sebab, menurut Rabi’ah, jalan tidak menikah merupakan tindakan yang tepat untuk melakukan pencarian Tuhan tanpa harus dibebani oleh urusan-urusan keduniawian. Padahal, tidak sedikit laki-laki yang berupaya untuk mendekati Rabi’ah dan bahkan meminangnya. Di antaranya adalah Abdul Wahid bin Zayd, seorang sufi yang zuhud dan wara. Ia juga seorang teolog dan termasuk salah seorang ulama terkemuka di kota Basrah.

Suatu ketika, Abdul Wahid bin Zayd sempat mencoba meminang Rabi’ah. Tapi lamaran itu ditolaknya dengan mengatakan, “Wahai laki-laki sensual, carilah perempuan sensual lain yang sama dengan mereka. Apakah engkau melihat adanya satu tanda sensual dalam diriku?”

Laki-laki lain yang pernah mengajukan lamaran kepada Rabi’ah adalah Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang Amir Abbasiyah dari Basrah (w. 172 H). Untuk berusaha mendapatkan Rabi’ah sebagai istrinya, laki-laki itu sanggup memberikan mahar perkawinan sebesar 100 ribu dinar dan juga memberitahukan kepada Rabi’ah bahwa ia masih memiliki pendapatan sebanyak 10 ribu dinar tiap bulan. Tetapi dijawab oleh Rabi’ah, ”Aku sungguh tidak merasa senang bahwa engkau akan menjadi budakku dan semua milikmu akan engkau berikan kepadaku, atau engkau akan menarikku dari Allah meskipun hanya untuk beberapa saat.”

Dalam kisah lain disebutkan, ada laki-laki sahabat Rabi’ah bernama Hasan al-Bashri yang juga berniat sama untuk menikahi Rabi’ah. Bahkan para sahabat sufi lain di kota itu mendesak Rabi’ah untuk menikah dengan sesama sufi pula. Karena desakan itu, Rabi’ah lalu mengatakan, “Baiklah, aku akan menikah dengan seseorang yang paling pintar di antara kalian.” Mereka mengatakan Hasan al-Bashri lah orangnya.” Rabi’ah kemudian mengatakan kepada Hasan al-Bashri, “Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, aku pun akan bersedia menjadi istrimu.” Hasan al-Bashri berkata, “Bertanyalah, dan jika Allah mengizinkanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.”

“Pertanyaan pertama,” kata Rabi’ah, “Apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah aku mati dalam Islam atau murtad?” Hasan menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawab.”

“Pertanyaan kedua, pada waktu aku dalam kubur nanti, di saat Malaikat Munkar dan Nakir menanyaiku, dapatkah aku menjawabnya?” Hasan menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.”

“Pertanyaan ketiga, pada saat manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar di Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) semua nanti akan menerima buku catatan amal di tangan kanan dan di tangan kiri. Bagaimana denganku, akankah aku menerima di tangan kanan atau di tangan kiri?” Hasan kembali menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Tahu.”

“Pertanyaan terakhir, pada saat Hari Perhitungan nanti, sebagian manusia akan masuk surga dan sebagian lain masuk neraka. Di kelompok manakah aku akan berada?” Hasan lagi-lagi menjawab seperti jawaban semula bahwa hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua rahasia yang tersembunyi itu.

Selanjutnya, Rabi’ah mengatakan kepada Hasan al-Bashri, “Aku telah mengajukan empat pertanyaan tentang diriku, bagaiman aku harus bersuami yang kepadanya aku menghabiskan waktuku dengannya?” Dalam penolakannya itu pula, Rabi’ah lalu menyenandungkan sebuah sya’ir yang cukup indah.

Damaiku, wahai saudara-saudaraku,
Dalam kesendirianku,
Dan kekasihku bila selamanya bersamaku,
Karena cintanya itu,
Tak ada duanya,
Dan cintanya itu mengujiku,
Di antara keindahan yang fana ini,
Pada saat aku merenungi Keindahan-Nya,
Dia-lah “mirabku”, Dia-lah “kiblatku”,
Jika aku mati karena cintaku,
Sebelum aku mendapatkan kepuasaanku,
Amboi, alangkah hinanya hidupku di dunia ini,
Oh, pelipur jiwa yang terbakar gairah,
Juangku bila menyatu dengan-Mu telah melipur jiwaku,
Wahai Kebahagiaanku dan Hidupku selamanya,
Engkau-lah sumber hidupku,
Dan dari-Mu jua datang kebahagiaanku,
Telah kutanggalkan semua keindahan fana ini dariku,
Harapku dapat menyatu dengan-Mu,
Karena itulah hidup kutuju.

Begitulah, meskipun sebagai manusia, Rabi’ah tak pernah tergoda sedikit pun oleh berbagai keindahan dunia fana. Sampai wafatnya, ia hanya lebih memilih Allah sebagai Kekasih sejatinya semata ketimbang harus bercinta dengan sesama manusia. Meskipun demikian, disebutkan bahwa Rabi’ah memiliki sejumlah sahabat pria, dan sangat sedikit sekali ia bersahabat dengan kaum perempuan. Di antara sahabat-sahabat Rabi’ah yang cukup dekat misalnya Dzun Nun al-Mishri, seorang sufi Mesir yang memperkenalkan ajaran doktrin ma’rifat. Sufi ini meninggal pada tahun 856 M dan sempat bersahabat dengan Rabi’ah selama kurang lebih setengah abad. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa pertemuan antara Dzun Nun al-Mishri dengan Rabi’ah ini terjadi sejak awal-awal usianya.

Di kalangan para sahabat sufi-nya itu, Rabi’ah banyak sekali berdiskusi dan berbincang tentang Kebenaran, baik siang maupun malam. Salah seorang sahabat Rabi’ah, Hasan al-Bashri, misalnya menceritakan: “Aku lewati malam dan siang hari bersama-sama dengan Rabi’ah, berdiskusi tentang Jalan dan Kebenaran, dan tak pernah terlintas dalam benakku bahwa aku adalah seorang laki-laki dan begitu juga Rabi’ah, tak pernah ada dalam pikirannya bahwa ia seorang perempuan, dan akhirnya aku menengok dalam diriku sendiri, baru kusadari bahwa diriku tak memiliki apa-apa, yaitu secara spiritual aku tidak berharga, Rabi’ah-lah yang sesungguhnya sejati.

Dalam kisah lain, diceritakan bahwa pada suatu hari Rabi’ah melewati lorong rumah Hasan al-Bashri. Hasan melihatnya melalui jendela dan menangis, hingga air matanya jatuh menetes mengenai jubah Rabi’ah. Ia menengadah ke atas, dan berpikir bahwa hari tidaklah hujan, dan ketika ia menyadari bahwa itu air mata sahabatnya, lalu dihampirinya sahabat yang sedang menangis tersebut seraya berkata, “Wahai guruku, air itu hanyalah air mata kesombongan diri saja dan bukan akibat dari melihat ke dalam hatimu, di mana dalam hatimu air itu akan membentuk sungai yang di dalamnya tidak akan engkau dapati lagi hatimu, kecuali ia telah bersama dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.” Setelah mendengar kata-kata Rabi’ah itu, Hasan tampak hanya bisa berdiam diri.

Di kalangan para sahabatnya, kehidupan Rabi’ah dirasakan banyak memberi manfaat. Hal ini dikarenakan Rabi’ah banyak sekali memperhatikan kehidupan mereka. Perhatian Rabi’ah yang cukup besar kepada para sahabatnya itu, misalnya saja dibuktikan dengan kisah sebagai berikut: Suatu ketika, ada seorang laki-laki yang meminta agar Rabi’ah mendoakan untuk dirinya. Tapi permohonan itu dibalas oleh Rabi’ah dengan rasa rendah hati, “Wahai, siapakah diriku ini? Turutlah perintah Allah dan berdoalah kepada-Nya, sebab Dia akan menjawab semua doa bila engkau memohonnya.”

Ke-zuhud-an Rabi’ah al-Adawiyah

Sebagaimana diungkapkan terdahulu, Rabi’ah sejak kecil sudah memiliki karakter yang tidak begitu banyak memperhatikan kehidupan duniawi. Hidupnya sederhana dan sangat besar hati-hatinya terhadap makanan apapun yang masuk ke dalam perutnya. Bahkan saking zuhudnya, Rabi’ah sering menolak setiap bantuan yang datang dari para sahabatnya, tetapi sebaliknya Rabi’ah malah menyibukkan diri untuk melayani Tuhannya. Selepas dirinya dari perbudakan, Rabi’ah memilih hidup menyendiri di sebuah gubuk sederhana di kota Basrah tempat kelahirannya. Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup hanya untuk beribadah kepada Allah.

Tampaknya, keinginan untuk hidup zuhud dari kehidupan duniawi ini benar-benar ia jalankan secara konsisten. Pernah misalnya Al-Jahiz, seorang sufi generasi tua, menceritakan bahwa beberapa dari sahabatnya mengatakan kepada Rabi’ah, “Andaikan kita mengatakan kepada salah seorang keluargamu, pasti mereka akan memberimu seorang budak, yang akan melayani kebutuhanmu di rumah ini.” Tetapi ia menjawab, “Sungguh, aku sangat malu meminta kebutuhan duniawi kepada Pemilik dunia ini, bagaimana aku harus meminta kepada yang bukan memiliki dunia ini?” Tiba-tiba terdengar suara mengatakan:

“Jika engkau menginginkan dunia ini, maka akan Aku berikan semua dan Aku berkahi, tetapi Aku akan menyingkir dari dalam kalbumu, sebab Aku tak mungkin berada di dalam kalbu yang memiliki dunia ini. Wahai Rabi’ah, Aku mempunyai Kehendak dan begitu juga denganmu. Aku tidak mungkin menggabungkan dua kehendak itu di dalam satu kalbu.”

Rabi’ah kemudian mengatakan, “Ketika mendengar peringatan itu, kutanggalkan hati ini dari dunia dan kuputuskan harapan duniawiku selama tiga puluh tahun. Aku salat seakan-akan ini terkahir kalinya, dan pada siang hari aku mengurung diri menjauhi makhluk lainnya, aku takut mereka akan menarikku dari diri-Nya, maka akau katakana, “Ya Tuhan, sibukkanlah hati ini dengan hanya menyebut-Mu, jangan Engkau biarkan mereka menarikku dari-Mu.”

Sebagai seorang zahid, Rabi’ah senantiasa bermunajat kepada Allah agar dihindarkan dari ketergantungannya kepada manusia. Namun, perjalanan zuhud yang dialami Rabi’ah tampaknya tidak mudah begitu saja dilalui. Di depan, banyak tantangan dan cobaan yang harus ia hadapi. Kenyataan-kenyataan itu memang wajar, karena sebagai manusia, tak mungkin dirinya hanya bergantung kepada Allah semata. Meskipun demikian, Rabi’ah tetap berusaha untuk menghindari apapun bantuan yang datang selain dari Allah, sehingga sekalipun ia hidup dalam kemiskinan (faqr), namun kemiskinannya dianggap sebagai bagian dari kasih sayang Allah kepada Rabi’ah.

Dalam satu kisah misalnya disebutkan, sahabatnya Malik bin Dinar pada suatu waktu mendapati Rabi’ah sedang terbaring sakit di atas tikar tua dan lusuh, serta batu bata sebagai bantal di kepalanya. Melihat pemandangan seperti itu, Malik lalu berkata pada Rabi’ah, “Aku memiliki teman-teman yang kaya dan jika engkau membutuhkan bantuan aku akan meminta kepada mereka.” Rabi’ah mengatakan, “Wahai Malik, engkau salah besar. Bukankah Yang memberi mereka dan aku makan sama?” Malik menjawab, “Ya, memang sama.” Rabi’ah mengatakan, “Apakah Allah akan lupa kepada hamba-Nya yang miskin dikarenakan kemiskinannya dan akankah Dia ingat kepada hamba-Nya yang kaya dikarenakan kekayaannya?” Malik menyahut, “Tidak.” Rabi’ah lalu kembali mengatakan, “Karena Dia mengetahui keadaanku, mengapa aku harus mengingatkan-Nya? Apa yang diinginkan-Nya, kita harus menerimanya.”

Sikap zuhud yang ditampilkan Rabi’ah sesungguhnya tiada lain agar ia hanya lebih mencintai Allah ketimbang makhluk-makhluknya. Karena itu, hidup dalam kefakiran baginya bukanlah halangan untuk beribadah dan lebih dekat dengan Tuhannya. Dan, toh, Rabi’ah menganggap bahwa kefakiran adalah suatu takdir, yang karenanya ia harus terima dengan penuh keikhlasan. Kebahagiaan dan penderitaan, demikian menurut Rabi’ah, adalah datang dari Allah. Dan dalam perjalanannya sufistiknya itu, Rabi’ah sendiri telah melaksanakan pesan Rasulullah: “Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada pada manusia, pasti manusia akan mencintaimu.”

Cinta Ilahi Rabi’ah al-Adawiyah

Cinta Ilahi (al-Hubb al-Ilah) dalam pandangan kaum sufi memiliki nilai tertinggi. Bahkan kedudukan mahabbah dalam sebuah maqamat sufi tak ubahnya dengan maqam ma’rifat, atau antara mahabbah dan ma’rifat merupakan kembar dua yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi mengatakan, cinta para sufi dan ma’rifat itu timbul dari pandangan dan pengetahuan mereka tentang cinta abadi dan tanpa pamrih kepada Allah. Cinta itu timbul tanpa ada maksud dan tujuan apa pun.

Apa yang diajarkan Rabi’ah melalui mahabbah-nya, sebenarnya tak berbeda jauh dengan yang diajarkan Hasan al-Bashri dengan konsep khauf (takut) dan raja’ (harapan). Hanya saja, jika Hasan al-Bahsri mengabdi kepada Allah didasarkan atas ketakutan masuk neraka dan harapan untuk masuk surga, maka mahabbah Rabi’ah justru sebaliknya. Ia mengabdi kepada Allah bukan lantaran takut neraka maupun mengharapkan balasan surga, namun ia mencinta Allah lebih karena Allah semata. Sikap cinta kepada dan karena Allah semata ini misalnya tergambar dalam sya’ir Rabi’ah sebagai berikut:

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu,
karena takut pada neraka,
maka bakarlah aku di dalam neraka.
Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga,
campakkanlah aku dari dalam surga.
Tetapi jika aku menyembah-Mu, demi Engkau,
janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu,
yang Abadi kepadaku.

Cinta Rabi’ah kepada Allah sebegitu kuat membelenggu hatinya, sehingga hatinya pun tak mampu untuk berpaling kepada selain Allah. Pernah suatu ketika Rabi’ah ditanya, “Apakah Rabi’ah tidak mencintai Rasul?” Ia menjawab, “Ya, aku sangat mencintainya, tetapi cintaku kepada Pencipta membuat aku berpaling dari mencintai makhluknya.”
Rabi’ah juga ditanya tentang eksistensi syetan dan apakah ia membencinya? Ia menjawab, “Tidak, cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang kosong sedikit pun dalam diriku untuk rasa membenci syetan.”

Allah adalah teman sekaligus Kekasih dirinya, sehingga ke mana saja Rabi’ah pergi, hanya Allah saja yang ada dalam hatinya. Ia mencintai Allah dengan sesungguh hati dan keimanan. Karena itu, ia sering jadikan Kekasihnya itu sebagai teman bercakap dalam hidup. Dalam salah satu sya’ir berikut jelas tergambar bagaimana Cinta Rbi’ah kepada Teman dan Kekasihnya itu:

Kujadikan Engkau teman bercakap dalam hatiku,
Tubuh kasarku biar bercakap dengan yang duduk.
Jisimku biar bercengkerama dengan Tuhanku,
Isi hatiku hanya tetap Engkau sendiri.

Menurut kaum sufi, proses perjalanan ruhani Rabi’ah telah sampai kepada maqam mahabbah dan ma’rifat. Namun begitu, sebelum sampai ke tahapan maqam tersebut, Rabi’ah terlebih dahulu melampaui tahapan-tahapan lain, antara lain tobat, sabar dan syukur. Tahapan-tahapan ini ia lampaui seiring dengan perwujudan Cintanya kepada Tuhan. Tapi pada tahap tertentu, Cinta Rabi’ah kepada Tuhannya seakan masih belum terpuaskan, meski hijab penyaksian telah disibakkan. Oleh karena itu, Rabi’ah tak henti-hentinya memohon kepada Kekasihnya itu agar ia bisa terus mencintai-Nya dan Dia pun Cinta kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah: “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya” (QS. 5: 59).

Dalam kegamangannya itu, Rabi’ah tak putus-putusnya berdoa dan bermunajat kepada Allah. Bahkan dalam doanya itu ia berharap agar tetap mencintai Allah hingga Allah memenuhi ruang hatinya. Doanya:

Tuhanku, malam telah berlalu dan
siang segera menampakkan diri.
Aku gelisah apakah amalanku Engkau terima,
hingga aku merasa bahagia,
Ataukah Engkau tolak hingga sehingga aku merasa bersedih,
Demi ke-Maha Kuasaan-Mu, inilah yang akan kulakukan.
Selama Engkau beri aku hayat,
sekiranya Engkau usir dari depan pintu-Mu,
aku tidak akan pergi karena cintaku pada-Mu,
telah memenuhi hatiku.

Cinta bagi Rabi’ah telah mempesonakan dirinya hingga ia telah melupakan segalanya selain Allah. Tapi bagi Rabi’ah, Cinta tentu saja bukan tujuan, tetapi lebih dari itu Cinta adalah jalan keabadian untuk menuju Tuhan sehingga Dia ridla kepada hamba yang mencintai-Nya. Dan dengan jalan Cinta itu pula Rabi’ah berupaya agar Tuhan ridla kepadanya dan kepada amalan-amalan baiknya. Harapan yang lebih jauh dari Cintanya kepada Tuhan tak lain agar Tuhan lebih dekat dengan dirinya, dan kemudian Tuhan sanggup membukakan hijab kebaikan-Nya di dunia dan juga di akhirat kelak. Ia mengatakan, dengan jalan Cinta itu dirinya berharap Tuhan memperlihatkan wajah yang selalu dirindukannya. Dalam sya’irnya Rabi’ah mengatakan:

Aku mencintai-Mu dengan dua macam Cinta,
Cinta rindu dan Cinta karena Engkau layak dicinta,
Dengan Cinta rindu,
kusibukan diriku dengan mengingat-ingat-Mu selalu,
Dan bukan selain-Mu.
Sedangkan Cinta karena Engkau layak dicinta,
di sanalah Kau menyingkap hijab-Mu,
agar aku dapat memandangmu.
Namun, tak ada pujian dalam ini atau itu,
segala pujian hanya untuk-Mu dalam ini atau itu.

Abu Thalib al-Makki dalam mengomentari sya’ir di atas mengatakan, dalam Cinta rindu itu, Rabi’ah telah melihat Allah dan mencintai-Nya dengan merenungi esensi kepastian, dan tidak melalui cerita orang lain. Ia telah mendapat kepastian (jaminan) berupa rahmat dan kebaikan Allah kepadanya. Cintanya telah menyatu melalui hubungan pribadi, dan ia telah berada dekat sekali dengan-Nya dan terbang meninggalkan dunia ini serta menyibukkan dirinya hanya dengan-Nya, menanggalkan duniawi kecuali hanya kepada-Nya. Sebelumnya ia masih memiliki nafsu keduniawian, tetapi setelah menatap Allah, ia tanggalkan nafsu-nafsu tersebut dan Dia menjadi keseluruhan di dalam hatinya dan Dia satu-satunya yang ia cintai. Allah telah memebaskan hatinya dari keinginan duniawi, kecuali hanya diri-Nya, dan dengan ini meskipun ia masih belum pantas memiliki Cinta itu dan masih belum sesuai untuk dianggap menatap Allah pada akhirnya, hijab tersingkap sudah dan ia berada di tempat yang mulia. Cintanya kepada Allah tidak memerlukan balasan dari-Nya, meskipun ia merasa harus mencintai-Nya.

Al-Makki melanjutkan, bagi Allah, sudah selayaknya Dia menampakkan rahmat-Nya di muka bumi ini karena doa-doa Rabi’ah (yaitu pada saat ia melintasi Jalan itu) dan rahmat Allah itu akan tampak juga di akhirat nanti (yaitu pada saat Tujuan akhir itu telah dicapainya dan ia akan melihat wajah Allah tanpa ada hijab, berhadap-hadapan). Tak ada lagi pujian yang layak bagi-Nya di sini atau di sana nanti, sebab Allah sendiri yang telah membawanya di antara dua tingkatan itu (dunia dan akhirat) (Abu Thalib al-Makki, Qut al-Qulub, 1310 H, dalam Margaret Smith, 1928).

Rabi’ah dan menjelang hari kematiannya

Dikisahkan, Rabi’ah telah menjalani masa hidup selama kurang lebih 90 tahun. Dan selama itu, ia hanya mengabdi kepada Allah sebagai Pencipta dirinya, hingga Malaikat Izrail menjemputnya. Tentu saja, Rabi’ah telah menjalani pula masa-masa di mana Allah selalu berada dekat dengannya. Para ulama yang mengenal dekat dengan Rabi’ah mengatakan, kehadiran Rabi’ah di dunia hingga kembalinya ke alam akhirat, tak pernah terbersit sedikit pun adanya keinginan lain kecuali hanya ta’zhim (mengagungkan) kepada Allah. Ia juga bahkan sedikit sekali meminta kepada makhluk ciptaan-Nya.

Berbagai kisah menjelang kematian Rabi’ah menyebutkan, di antaranya pada masa menjelang kematian Rabi’ah, banyak sekali orang alim duduk mengelilinginya. Rabi’ah lalu meminta kepada mereka: ‘Bangkit dan keluarlah! Berikan jalan kepada pesuruh-pesuruh Allah Yang Maha Agung!’ Maka semua orang pun bangkit dan keluar, dan pada saat mereka menutup pintu, mereka mendengar suara Rabi’ah mengucapkan kalimat syahadat, setelah itu terdengar sebuah suara: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu, berpuas-puaslah dengan-Nya. Maka masuklah bersama golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. 89: 27-30).

Setelah itu tidak terdengar lagi suara apa pun. Pada saat mereka kembali masuk ke kamar Rabi’ah, tampak perempuan tua renta itu telah meninggalkan alam fana. Para dokter yang berdiri di hadapannya lalu menyuruh agar jasad Rabi’ah segera dimandikan, dikafani, disalatkan, dan kemudian dibaringkan di tempat yang abadi.

Kematian Rabi’ah telah membuat semua orang yang mengenalnya hampir tak percaya, bahwa perempuan suci itu akan segera meninggalkan alam fana dan menjumpai Tuhan yang sangat dicintainya. Orang-orang kehilangan Rabi’ah, karena dialah perempuan yang selama hidupnya penuh penderitaan, namun tak pernah bergantung kepada manusia. Setiap orang sudah pasti akan mengenang Rabi’ah, sebagai sufi yang telah berjumpa dengan Tuhannya.

Karenanya, setelah kematian Rabi’ah, seseorang lalu pernah memimpikanya. Dia mengatakan kepada Rabi’ah, “Ceritakanlah bagaimana keadaanmu di sana dan bagaimana engkau dapat lolos dari Munkar dan Nakir?” Rabi’ah menjawab, “Mereka datang menghampiriku dan bertanya, “Siapakah Tuhanmu?’ Aku katakana, “Kembalilah dan katakan kepada Tuhanmu, ribuan dan ribuan sudah ciptaan-Mu, Engkau tentunya tidak akan lupa pada perempuan tua lemah ini. Aku, yang hanya memiliki-Mu di dunia, tidak pernah melupakan-Mu. Sekarang, mengapa Engkau harus bertanya, ‘Siapa Tuhanmu?’”

Kini Rabi’ah telah tiada. Perempuan kekasih Ilahi itu meninggal untuk selamanya, dan akan kembali hidup bersama Sang Kekasih di sisi-Nya. Jasad kasarnya hilang ditelan bumi, tetapi ruh sucinya terbang bersama para sufi, para wali, dan para pecinta Ilahi.

Padi Band

PADI BAND

PADI, sebelumnya hanyalah salah satu band kampus yang ada Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Beranggotakan Andi Fadly Arifuddin (Fadly, Vokalis), Satriyo Yudhi Wahono (Piyu, Gitar), Ari Tri Sosianto (Ari, Gitar), Rindra Risyanto Noor (Rindra, Bass), dan Surendro Prasetyo (Yoyok, Drum).

Dibentuk 8 April 1997, sebelum bernama Padi, band ini dulu bernama SODA. Mereka tampil pertama kali di sebuah acara kampus di Fakultas Hukum Unair Oktober 1996. Barulah pada tanggal 8 April 1997 mereka mengganti nama band-nya dengan nama Padi. Nama ini dilontarkan pertama kali oleh Yoyok, sang drummer. Selain karena filosofinya semakin berisi semakin merunduk, ibarat makanan pokok mereka menginginkan band ini bisa dinikmati oleh semua orang. Mulai dari tukang becak, anak kecil, hingga para eskesuktif berdasi. Meski nama Padi sering dianggap “kampungan”, karena dianggap makanan orang susah. Tapi Padi punya makna sangat membumi, di mata mereka Padi juga merupakan lambang kesejahteraan.

Diawali dari bermain musik dari satu panggung ke panggung lain, grup ini akhirnya dikontrak untuk masuk dunia rekaman.

Album-album Padi cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Beberapa pengamat menyimpulkan aransemen musik padi yg dinamis dan lebih kompleks dari rata-rata lagu oleh grup band Indonesia yang seangkatan adalah salah satu penyebab kesuksesan tersebut. Pada awal kemunculannya di tahun 1998 khasanah band Indonesia didominasi oleh lagu-lagu dengan aransemen sederhana dengan tempo sedang cenderung lambat.

Latar belakang personil sangat beragam, mereka tidak begitu saja bertemu dan langsung membentuk sebuah band. Pertama kali Piyu dan Ari yang sepakat untuk membikin sebuah band. Untuk bassis, Ari mengajak temannya Rindra karena dulu pernah tergabung dalam satu band yang bernama WARNA. Baru setelah itu ditemukan sang vokalis-Fadly dan drummer-Yoyok. Fadly, yang pertama kagum akan permainan gitar Ari ketika manggung dalam salah satu pementasan di kampusnya, pada awalnya menawarkan Fadly diri kepada Ari untuk bergabung di band-nya jika memerlukan seorang bassis (sejak SMA, Fadly adalah seorang bassis).

Untuk skill personil, sudah jangan diragukan lagi. Piyu, yang sebelumnya bermain di band yang memainkan lagu-lagu beraliran keras bersama Crystal Band, dulu pernah menjadi teknisi gitar di sebuah band ternama di Indonesia. Rajin ngulik gitar dari SMA, dan kepiawaiannya dalam menciptakan lirik tidak banyak diragukan lagi. Banyak lagu-lagu hits-nya Padi di kemudian hari yang terlahir. Begitupun dengan Rindra, pernah dalam satu tahun menyabet gelar bassis terbaik di tahun 1992. Lain lagi dengan Yoyok, siapa sih yang tidak kenal jebolan Andromeda Band yang pernah meraih gelar drummer terbaik se- Indonesia pada tahun 1998.

Padi’s Diskografi:

1 – Lain Dunia

Lain Dunia adalah nama album pertama Padi. Album ini diluncurkan pada tahun 1999. Album ini terjual sekitar 800 ribu kopi. Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini diusung dengan basis musik rock. Padi mendobrak dengan formasi tanpa keyboard melalui album pertama mereka Lain Dunia (1999).

Formasi semacam ini membuat eksplorasi teknik permainan gitar begitu dominan, maka wajar jika lagu-lagu yang dihasilkan cenderung penuh ditorsi. Apalagi ditunjang oleh gaya permainan dua gitarisnya, Satriyo Yudi Wahono (Piyu) dan Ari Tri Sosianto, yang berbeda satu sama lain, Padi mendobrak dengan lagu-lagu kompleks yang ditandai dengan aransemen dua gitar yang hampir selalu berbeda dalam tiap frasa dalam tiap lagu. Album ini mendapatkan platinum pada bulan April 2000 dan quadraple platinum di tahun 2001.

1. Bidadari

aroma wangi surgawi

sirami jiwaku ini

bagai bunga yang terindah

merekah dan tetap suci

seribu wajah yang terlintas

hanya satu yang ada di hati

janjikan ketulusan cinta abadi selamanya

kuyakin dan pasti kau ada di benakku

ku takkan berhenti menunggu

bidadari, hadirlah malam ini dalam mimpiku

bidadari, senyumlah kau kini sambutlah rinduku

sepenggal bulan kan kembali,

menjadi purnama yang terang

seterang hati dan jiwamu oh bidadariku

mungkinlah aku bisa menyapamu

meraih semua imajimu

bercanda bercinta bersama

2. Demi Cinta

tautan waktu berjalan

iring langkah kita bersama

mendewasakan semua rasa

perasaan jiwa

tak akan mungkin memungkiri

menyangkal arti cinta

biar angin menentang

pun langit terhempas

menyangsikan cinta dalam keras kehidupan

naif terlahir, kewajaran kodrati lelapkan semua

demi cinta, bersandinglah (di dalam sisi hidupku ini)

demi cinta berjanjilah (melangkah kita bersama)

perlahan kita mulai belajar

melaraskan batin

meluaskan ruang

tingkap pengertian

tak pernah kumerasakan

penat menjadi beban

biar pernah mengalir

pun meski terluka

3. Sudahlah….!

cerita lalu seakan nyata

larut kita didalam rasa

mengalir terbawa jangan teruskan

kita yang pernah mengukir cinta

berbayang masa saat bersama

hanyutkan kita coba hentikan

sudahlah… aku pergi

sudahlah… aku pergi

lelahkan jiwa meski berharap

rasakan lagi cinta kita dulu

tapi ah… ah… kita terpisahkan

derasnya sisi religi

mengasah alur hidup kita

jangan sesali coba kuatkan hati…

oh aku pergi…

4. Beri Aku Arti

menjumpai hari suasana sepi

menikmati nafas alam tak berasa

beragam warna terbayang sekilas

menyingkirkan luka, tanpa diminta…

pernahkah kusadar tanpa itu semua

dalam terang surya selalu terjaga

memahami makna arti kenyataan

keremangan senja selipkan hampa…

di mana kawanku… inginku menyapa

beri aku ruang… tempatkan diriku

di mana kawanku… semakin menjauh

beri aku arti… tak ingin berbeda

kau palingkan wajah acuhkan muka

menyamakan arti bukan suara hati

ingin berbicara hasrat pengungkapan

masih pantaskah aku di sampingmu…

5. Terlanjur

katakanlah padaku bila engkau mau

melabuhkan hatimu bersandar padaku

kau tahu aku tak bisa jauh darimu

walau hanya sekedar sejenak berpaling saja

iarkan semua orang tahu, engkau memang kekasihku

karena kuterlanjur mencintai dirimu

biarkan semua orang tahu, engkau memang kekasihku

karena kuterlanjur mencintai dirimu

percayalah padaku, yakinkan dirimu

menepiskan perasaan atas masa lalumu itu

persilakan saja aku yang mengerti kamu

memaksa untuk melupakan tentang kekasihmu itu

6. Begitu Indah

bila cinta menggugah rasa

begitu indah mengukir hatiku

menyentuh jiwaku hapuskan semua gelisah

duhai cintaku duhai pujaanku

datang padaku dekat disampingku

kuingin hidupku selalu dalam peluknya

terang saja aku menantinya

terang saja aku mendambanya

terang saja aku merindunya

karena dia, karena dia, begitu indah…

duhai cintaku pujaan hatiku

peluk diriku dekaplah jiwaku

bawa ragaku melayang memeluk bintang

7. Mahadewi

hamparan langit maha sempurna

bertahta bintang-bintang angkasa

namun satu bintang yang berpijar

teruntai turun menyapa aku

ada tutur kata terucap

ada damai yang kurasakan

bila sinarnya sentuh wajahku

kepedihanku pun terhapuslah

alam raya pun semua tersenyum

merunduk dan memuja hadirnya

terpukau aku menatap wajahnya

aku merasa mengenal dia

tapi ada entah dimana

hanya hatiku mampu menjawabnya

mahadewi resapkan nilainya

pencarianku pun usai sudah

8. Disini Tanpamu

berjalan lagi lalui hari

warnai hitam putih hidup ini

mencoba mencari impi jiwa

yang tertidur dalam derasnya

sisi dunia yang terus berputar membawa diriku

kucoba lagi tuk berbalik

menatap jejak yang sempat kuukir

namun ternyata aku tertinggal

dari langkah-langkah yang berlalu

cepat meninggalkan diriku sendiri dalam sunyiku

dan aku tak ingin di sini tanpamu

menanti waktu yang berlalu

membawa ke batas nanti

yang kurasa takkan mungkin kutemui selamanya

tanpa dirimu di sisiku

begitu rupa cobaan kutemui

mencoba menghempasku ke jalan penuh liku

dan kuanggap itu semua

bagian dari cerita hidupku yang takkan berakhir

9. Seperti Kekasihku

engkau seperti kekasihku yang dulu

sungguh hadirmu menyejukkan risau jiwaku

begitu lekatnya perasaanku kini padamu

hingga anganku kusandarkan padamu

memang gerakmu memang langkahmu

mengingatkan aku pada dirinya yang telah berlalu

inginku menyangkal inginku membantah

betapa pesona dirimu memikat erat jiwaku

mungkin terbuai mungkin aku terlena

ada keinginan yang tak tentu arah

engkau tercipta bukan untuk bersama

biar kunikmati kerinduan ini

maafkan aku yang selalu teringat akan dirinya

menggugah segala yang ada dalam kenanganku

sedapatnya aku menepis keinginan itu

kuharap engkau dapat memaafkan aku

apa yang terpancar dari dalam hati

tak dapat aku bantah tak mampu kusingkirkan

sesungguhnya aku sangat ingin melupakan

inginku melupakan, inginku melupakan

engkau seperti kekasihku yang dulu

sungguh hadirmu menyejukkan risau jiwaku

10. Sobat

sobat, aku sungguh tak mengerti

semua ini bisa terjadi

setelah perkenalan itu aku terhanyut

aku sebenar-benarnya tak kuasa

mendambakannya, merindukannya

kutahu dia milikmu tercinta

sebagai kembang yang kau pilih

namun hatiku hatinya mengisyaratkan rasa

ingin memetik, merangkai menjadikan ikatan abadi

mendambakannya, merindukannya

oh… sobat, maafkan aku mencintainya

aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti

oh… sobat, maafkan aku mencintainya

aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti

mencoba menahan himpitan rasa itu

merajam keruhnya jiwaku

ternyata hidupku dan dirinya terikat rasa tulus

takkan menyusutkan pelukku dan rindunya

mendambakannya, merindukannya

2 – Sesuatu Yang Tertunda

Sesuatu Yang Tertunda adalah nama album kedua Padi. Album ini diluncurkan pada 2001, terjual 1,6 juta kopi dan mendapat 10 kali platinum di tahun 2002.

1. Bayangkanlah

bayangkanlah bila aku tak lagi menjadi kekasihmu

bayangkanlah bila bumi tak mampu lagi berputar

bayangkanlah bila aku terpisah jauh darimu

bayangkanlah bila mentari tak mampu lagi menyinari dunia

dengarlah duhai kekasih

hidup tak selamanya indah

renungkan wahai sahabat

hadapilah semua yang akan terjadi

bayangkanlah bila aku tak setia lagi kepadamu

bayangkanlah bila mata tak mampu lagi memandang

bayangkanlah bila aku terpikat hati yang lainnya

bayangkanlah bila cinta tak mampu lagi mendamaikan dunia

dengarlah duhai kekasih

hidup tak selamanya indah

renungkan wahai sahabat

hadapilah semua yang akan terjadi

duhai Tuhan kuserahkan hidupku

2. Sesuatu Yang Indah

kekasihku

aku telah mengenalmu sekian lama

sepatutnya aku bisa mencintaimu sepenuh hati

kuharapkan engkau dan aku

saling mengerti bukan menyakiti

tak perlu lagi ada pertengkaran

kini aku temukan telah aku dapatkan

jauh sudah tersimpan sesuatu yang indah dari dirimu

semoga aku bisa mungkin pun aku mampu

untuk dapat memberikan tulus hatiku

kekasihku

betapa aku tak pernah dapat membuaimu

dengan kata-kata cinta yang mungkin bisa menyejukkanmu

sungguh aku masih ingin terus mencari dalam jiwamu

rasa ini ingin kuakui

kini aku temukan telah aku dapatkan

jauh sudah tersimpan sesuatu yang indah dari dirimu

semoga aku bisa mungkin pun aku mampu

untuk dapat memberikan tulus hatiku

kekasihku

maafkanlah aku jika tak mampu bahagiakanmu

memelukmu dengan rasa cinta

kini aku temukan telah aku dapatkan

jauh sudah tersimpan sesuatu yang indah dari dirimu

semoga aku bisa mungkin pun aku mampu

untuk dapat membahagiakan hatimu

3. Semua Tak Sama

dalam benakku lama tertanam sejuta bayangan dirimu

redup terasa cahaya hati mengingat apa yang telah engkau berikan

waktu berjalan lambat mengiring dalam titian takdir hidupku

cukup sudah aku tertahan dalam persimpangan masa silamku

coba tuk melawan getir yang terus kukecap

meresap ke dalam relung sukmaku

coba tuk singkirkan aroma nafas tubuhmu

mengalir mengisi laju darahku

semua tak sama tak pernah sama

pa yang kusentuh apa yang kukecup

sehangat pelukmu selembut belaimu

tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu

apalah arti hidupku ini memapahku dalam ketiadaan

segalanya luruh lemah tak bertumpu

hanya bersandar pada dirimu

ku tak bisa, sungguh tak bisa mengganti dirimu dengan dirinya

coba tuk melawan getir yang terus kukecap

meresap ke dalam relung sukmaku

coba tuk singkirkan aroma nafas tubuhmu

mengalir mengisi laju darahku

sampai kapan kau terus bertahan

sampai kapan kau tetap tenggelam

sampai kapan kau mesti terlepas

buka mata dan hatimu relakan semua

4. Kemana Angin Berhembus

kemana pun angin berhembus menuntun langkahku

memahat takdir hidupku di sini

masih tertinggal wangi yang sempat engkau titipkan

mengharumi kisah hidupku ini

meski ku terbang jauh melintasi sang waktu

kemana pun angin berhembus

ku pasti akan kembali

kulukiskan indah wajahmu di hamparan awan

biar tak jemu kupandangi selalu

kubiarkan semua cintamu membius jiwaku

yang memaksaku merindukan dirimu

meski langit memikatku dengan sejuta senyum

aku takkan tergoyahkan

aku pasti akan kembali

5. Lain Dunia

kurasakan kuterlena di putihnya nuansa

yang terlukis dalam pesona diri

sisi batinku sisi batinmu terpendam di laurnya

tak ada tegur sapa antara kita

media dunia membawa terbang tawa ceria

teruraikan nada rasa

terpendam dalam jiwa

menarilah biar sejenak

warnailah duniaku

bentangan jarak melintas khayal

menggairahkan arti hidupku

walau hatiku hatimu takkan bertemu

betapa mungkin dekat dirimu atau kukenali

biarkan semua wajar adanya

media dunia membawa terbang tawa ceria

teruraikan nada rasa

terpendam dalam jiwa

menarilah biar sejenak

warnailah duniaku

bernyanyilah bahagiakan hati

betapa mungkin dekat dirimu atau kukenali

biarkan semua wajar adanya

6. Perjalanan Ini

kulayangkan pandangku melalui kaca jendela

dari tempatku bersandar seiring lantun kereta

membawa diriku melintasi tempat-tempat yang indah

membuat isi hidupku penuh riuh dan berwarna

kualunkan rinduku selepas aku kembali pulang

tak akan kulepaskan dekapku

karena kutahu pasti aku merindukanmu

seumur hidupku selama-lamanya

perjalanan ini pun kadang merampas bijak hatiku

sekali waktu pun mungkin menggoyahkan pundi cintaku

meretaskan setiaku menafikan engkau disana

maafkan aku cepat kukembali

kutautkan hatiku, kuikrarkan janji

kubawa pulang diriku hanya untukmu

kusanjungkan mimpi-mimpi hangati malam

rindu ini membakar hatiku

ku akan kembali pulang, kuakan kembali pulang

aku ingin cepat kembali, aku ingin cepat di sampingmu

7. Seandainya Bisa Memilih

dari jauh lubuk hatiku jiwaku resah mencari tahu

apa yang sedang kurasakan kini

terguncang aku mengingat engkau

seandainya aku masih bisa memilih

akan kupilih engkau menjadi kekasih sejatiku

betapa semua harapan hanya untukmu

akan kupahat namamu dalam pusara hatiku

kaulah rahasia terbesar hidupku

yang takkan mungkin aku ungkapkan

usimpan erat perasaanku meski ajal menantiku

8. Angkuh

aku adalah seorang yang keras hati

yang tak pernah merasakan kelembutan hati

hingga di sini di penantian terakhir

kuberjumpa dengan engkau terpikat aku jadinya

engkaulah sang mentari yang menyinari bumi

dan akan menghangatkan gairah hatiku

engkaulah embun pagi yang membasahi tanah

dan akan menyegarkan setiap lelah jiwaku

lama sudah aku sendiri di tuntun langkah-langkah kaki

mencoba menentang kerasnya hantaman hidup

aku akui aku tak mampu menahan semua

meruntuhkan kerasnya angkuhnya dinding hatiku

engkaulah sang pelangi yang mewarnai langit

dan akan memayungi gelisah hatiku

engkaulah angin malam yang menebarkan wangi

dan akan mengharumi hari-hari bahagiaku

9. Lingkaran

saat kuterjebak dalam lingkaran

bayangan gelap menuang tak bertepi

tak berujung batas

membuat aku tak kuasa ingin menentang

jauh kini kusadari hidupku sungguh

bersama engkau sungguh berarti

terasah godaan hidup

namun kau masih di sisiku

temani segala resah hatiku

sekiranya aku bisa mimpi indah

aku tak akan tersesat jauh

sekiranya aku mungkin terlepas

meski beranjak pergi meninggalkan engkau sendiri

sepatutnya aku telah terjatuh

kini aku jauh lebih mengerti

tak pernah aku merasa betapa naifnya aku

apa yang harus aku tinggalkan aku lupakan

10. Kasih Tak Sampai

indah, terasa indah

bila kita terbuai dalam alunan cinta

sedapat mungkin terciptakan rasa

keinginan saling memiliki

namun bila itu semua

dapat terwujud dalam satu ikatan cinta

tak semudah seperti yang terbayang

menyatukan perasaan kita

tetaplah menjadi bintang di langit

agar cinta kita akan abadi

biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini

agar menjadi saksi cinta kita berdua

berdua

sudah, terlambat sudah

kini semua harus berakhir

mungkin inilah jalan yang terbaik

dan kita mesti relakan kenyataan ini

3-Save My Soul

Save My Soul adalah nama album ketiga Padi. Album ini diluncurkan pada tanggal 18 Juni 2003. Dalam lagu Sesuatu Yang Tertunda, Padi berduet dengan musikus pujaan mereka, Iwan Fals.

Selain itu, kolaborator lainnya yang terdapat dalam album ini termasuk musisi Australia yang merupakan pemain saksofon, Robert Burke dan pianis Kiernan Box, Adjie Rao (perkusi), dan penyanyi Astrid Sartiasari, nasib album ketiga tersebut, meski tak bisa dibilang gagal, tapi tak segemerlap dua album sebelumnya. .

1. Ketakjuban

kutahu kau memiliki segalanya

yang mampu menaklukkan hatiku

sebenarnya, ku tak pernah mengenalmu

membebaskan aku, selamatkan aku

ketakjuban hatiku, mengikuti langkahmu

meruntuhkan seluruh akalku

di penghujung jalanku ku rapatkan hatiku

meleburkan segenap kekuatanku

bicaralah dengan apa adanya

bukan hanya tuk memikat hatiku

sementara ku tak berdaya denganmu

tak urung ku memperhambakan diriku

2. Hitam

oh jiwaku, di manakah aku kini

kau bawa aku melintasi tempat yang tinggi

oh tubuhku, mengapakah engkau kini masih membisu

tak kunjung bicara padaku

oh… ceritakanlah padaku

apa yang mengeruhkan hati dan jiwaku

tolonglah, kau tuntunkan aku lagi

agar ragaku menyatu bersama isi jiwaku

penuntun jiwaku, luruskanlah hatiku

seandainya aku tahu apa yang akan terjadi nanti

aku masih terus melayang, bersandingkan langit hitam

masih melayang, terus melayang

oh… ceritakanlah padaku

apa yang mengeruhkan hati dan jiwaku

tolonglah, kau tuntunkan aku lagi

agar ragaku menyatu bersama isi jiwaku

tak perlu kutangisi

kupasrahkan sekuat hati

saat jiwa terlepas…

saat jiwa terlepas…

3. Rapuh

kularut luruh dalam keheningan hatimu

jatuh bersama derasnya tetes air mata

kau benamkan wajahmu yang berteduhkan duka

melagukan kepedihan didalam jiwamu

tak pernah terpikirkan olehku

untuk tinggalkan engkau seperti ini

tak terbayangkan jikaku beranjak pergi

betapa hancur dan harunya hidupmu

sebenarnya ku tak ingin berada di sini

di tempat jauh yang sepi memisahkan kita

kuberharap semuanya pasti akan berbeda

meski tak mungkin menumbuhkan jiwa itu lagi

aku tak mengerti apa yang mungkin terjadi

sepenuh hatiku aku tak mengerti

4. Di Atas Bumi Kita Berpijak

bersyukurlah

bahwa kita masih saling mendengarkan dan berkata

bersyukurlah

bahwa kita masih memijakkan kaki di atas bumi menghirup nafas alam-Nya

memandang ke atas langit takjubkan hati

merendahkan jiwa ini dan terilhami

seperti (teduh) sepasang mata malaikat yang turut menangisi isi bumi

tak ubahnya desir angin yang menerpa (menerjang)

kekosongan dan kesunyian hati

ersyukurlah

bahwa kita masih saling mendengarkan dan mendo’akan

5. Cahaya Mata

teduhkanlah hatiku

lelapkanlah jiwaku

duhai engkau cahaya mataku

yang menuntun jalanku

yang memandu hidupku

yang meredupkan perih penatku

tersenyumlah…

bahagialah…

sungguh engkau yang melumpuhkan hatiku

yang melipurkan rinduku

senyuman itu menyenangkan aku

6. Menanti Keajaiban

tak semudah bagiku untuk bisa meredakan resahku

meski kucoba menyangkal

sungguh merisaukan benakku

aku memimpikan malaikat berkenan menemani aku

tuk sekedar melipurkan hati dengan setulus hati

betapa aku telah lama tinggalkan binar dihatiku

aku mungkin kan tertawa namun jiwaku terasa jauh

tak lelah kupandangi langit berjuta harap kumenanti

penuh harap kumenanti keajaiban datang dan menghampiriku

oh… aku tak tahu apa yang kan kutemui

aku masih menunggu dan menunggu

berharap akan dating keajaiban

seharusnya aku tak patut bersedih

atas semua yang terjadi kepadaku

aku merasa bahwasanya hidup ini

tak lebih dari sebuah perjalanan (hingga saatku tiba)

semoga tak lelah aku terus berpeluh (hingga saatku tiba)

kuharap temukan apa yang aku cari

7. Menjadi Bijak

betapa ini sangat berarti

membagi gelisah dengan dirimu, kawan

kau kepakkan kau terbangkan alam pikiranku

menembus ruang dan waktuku

membangun lelap jiwaku setelah lama tertidur

ada benarnya ucapan katamu

memang hidup itu harus begini adanya

kau kepakkan kau terbangkan alam pikiranku

menembus ruang dan waktuku

membangun lelap jiwaku setelah lama tertidur

terukir lebih baik hidupku

8. Sesuatu Yang Tertunda

di sini aku sendiri menatap relung-relung hidup

aku merasa hidupku tak seperti yang kuimingkan

terhampar begitu banyak warna kelam sisi diriku

seperti yang mereka tahu

seperti yang mereka tahu

aku merasa disudutkan kenyataan

menuntut diriku dan tak sanggup kumelawan

butakan mataku semua tentang keindahan

menggugah takutku menantang sendiriku

temui cinta, lepaskan rasa

di sini aku sendiri masih seperti dulu yang takut

aku merasa hidupku pun surut tuk tumpukan harap

tergambar begitu  rupa, samar seperti yang kurasakan

kenyataan itu pahit, kenyataan itu sangatlah pahit

9. Patah

bagai serpih-serpih pasir di pantai

tersapu gelombang pasang

meski harus hilang terpecah karang

meninggalkan kenangan abadi

ada tersimpan rasa perih mendera

mengingat engkau disaat itu

masih tentang cerita engkau dan dia

yang tak pernah terukir indah

kau bawa aku renungi apa yang terjadi

kau bawa aku resapi semua tangismu itu

memelukmu kuingin, menyentuhmu kuingin

dan mengucapkan sepatah kata

namun air mata meski tercurah

memandu cerita itu

jiwamu tak mampu menahan semua ketidak berdayaan ini

kau patahkan semua cerita hidupmu

kau remukkan harapan yang tumbuh di hati

memelukmu kuingin, menyentuhmu kuingin

dan mengucapkan sepatah kata

10. Repihan Hati

sahabat, dengarkanlah sekedar pintaku ini

aku ingin mencurahkan luapan isi hatiku

telah lama engkau tahu diriku terbeban perih

hanya engkau yang berkenan menemani hidupku

tiada yang sebaik dirimu

tak seteduh lembut caramu

tak semurni palung sikapmu

yang menguatkan semangatku (harapanku)

sebelum tiba saat rebahkan tubuhku

sebelum tiba saat lepaskan jiwaku

sahabat, dengarkanlah repihan isi hatiku

aku ingin engkau tahu berartinya kau bagiku

sesungguhnya tubuh ini tak mampu bertahan lagi

meski hanya untuk bisa menggenggam tanganmu

4-Padi

Album Padi ialah album musik karya Padi. Album ini dirilis pada tahun 2005. Album ini merupakan album untuk mengiringi film “Ungu Violet” yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo dan Rizky Hanggono.

Setelah 22 bulan masa proses penggarapan, album keempat mereka keluar pada bulan Mei 2005 yang diberi nama kelompok band itu sendiri, Padi. Keseluruhan lagu dalam album terbaru Padi mengajak penggemarnya menikmati lirik-lirik manis tentang jatuh cinta, sikap bijaksana dan keengganan untuk diam menghadapi masalah.

Salah satu lagu andalan, “Menanti Sebuah Jawaban”, di album keempat Padi pun dijadikan lagu tema sebuah film layar lebar berjudul Ungu Violet. Album inipun dipenuhi oleh para kolaborator yang menyumbang aneka sound pada lagu-lagu Padi. Bubi Chen dengan piano Jazz-nya, Abadi Soesman dengan permainan Hammond yang vintage, Kousik Dutta dengan sentuhan Tabla, Idris Sardi dengan Violin yang dominan di lagu penutup Side B.

Seperti pengakuan para personel Padi, bagi mereka album ini adalah cerminan pencerahan dan pengalaman spiritual yang dialami selama proses pembuatan, maka tidak heran lirik dan aransemen bergeser cukup signifikan dari tema-tema dalam dan cenderung “gelap” pada album Save My Soul, menjadi ringan dan penuh semangat, namun bobot tiap-tiap lagu tampak berusaha tetap dijaga dengan menghadirkan musisi-musisi berpengalaman sebagai kolaborator seperti yang telah disebutkan.

1. Prolog

angin bertiup menyadarkan aku
tepat saat aku mendiamkan diri
apa yang telah terjadi kepada diriku

apakah bulan memihak padaku
dan pijarnya masihkah menghiasi malam
aku akui kesalahan ini
tak harus aku ulangi

seperti halnya engkau sang mentari
tak henti menyinari seluruh bumi
begitu juga adanya diriku
tak akan berhenti langkahku

langit memang berlapis adanya
samudra pun membentang oh luasnya
tak ubahnya diriku adanya
takkan usai semangatku

pasang air menyapu kerasnya karang
takkan goyah meskipun harus diterjang
kini aku mencoba meraba lagi
mengikrarkan janji

2. Tak Hanya Diam

meresap kecup hangat sebentuk cinta
telah terukir di dalam jiwaku
seperti tetes embun menyegarkan hari
terciptakan keajaiban di hati

cinta bukan hanya sekedar kata
cinta tak hanya diam

aku yang berkelana mengarungi hidup
mencari untaian arti makna
apakah sesungguhnya balasan dari cinta
pasti bukan harta dunia semata…

cinta bukan hanya sekedar kata
cinta bukan hanya pertautan hati
cinta bukan hasrat luapan jiwa
cinta tak hanya diam…

jika mungkin bumi harus terguncang badai

tapi cinta takkan mungkin hilang
cinta bukan hanya sekedar kata
cinta bukan hanya pertautan hati
cinta bukan hasrat luapan jiwa
cinta adalah cinta

3. Menanti Sebuah Jawaban

aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu

seiring jejak kakiku bergetar
aku telah terpagut oleh cintamu
menelusup hariku dengan harapan
namun kau masih terdiam membisu

sepenuhnya aku ingin memelukmu
mendekap penuh harapan  tuk mencintaimu
setulusnya aku akan terus menunggu
menanti sebuah jawaban tuk memilikimu

betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
semoga kau tahu isi hatiku
dan seiring waktu yang terus berputar
aku masih terhanyut dalam mimpiku

aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu

4. Elok

aku membayangkan surga ada di depanku
depan mataku
saat aku menikmati teduhnya wajahmu

indah hatimu

tak jemu-jemu ku pandang
begitu elok kau tercipta
tak pernah henti-hentinya aku
terus mencintai dirimu
tak pernah henti-hentinya aku

tetap menyayangi dirimu
seperti adanya diriku
seperti adanya aku ini
seperti adanya diriku
seperti adanya

aku ingin melupakan hasrat tuk melangkah sejenak pergi
inginku sempurnakan hidupku di sampingmu memeluk jiwamu

tak jemu-jemu ku pandang
begitu elok kau tercipta

5. Siapakah Gerangan Dirinya

aku sayapnya, tambatan hatinya
yang mengilhami tiap langkah hidupnya
begitu adanya dalam goresan pena
ia suratkan berkala untukku
tak sekalipun kujumpai dia
tak pernah berhenti mencintaiku
seluruh jiwa raga hati meskipun samar
siapakah gerangan dirinya

aku nafasnya, mungkin pula nadinya
telah meniupkan cinta sejatinya
berartinya aku dimata hatinya
kan menjaga denyut jiwanya
sungguh enggan ia merelakan aku
tak pernah berhenti mencintaiku
seluruh jiwa raga hati meskipun samar
siapakah gerangan dirinya

6. Menerobos Gelap

kuikrarkan hati untuk maju melangkah pergi
menerobos dinding-dinding gelap ini
tak ku pertanyakan lagi seperti waktu itu
pernah kuterjebak tanpa satu teman menemaniku

ketika (selagi) aku tenggelam dalam kesunyian ini
kucoba mendamaikan hatiku
sepatutnya aku mampu melaluinya
menjejakkan kakiku meretaskan jiwa

(melangkahkan kakiku menuju cahaya)

tegaskan diriku untuk melewatkan hari
dengan keyakinan hati aku kumiliki
biar aku ikhlaskan peluhku basahi jiwaku
sirami hatiku aku akan tetap terus melangkah

7. Save My Soul

now I’m sitting in the corner of my room
starting through the window, watching the sun goes down
and the shadow starts to creep across the floor
in this Loneliness, I’m crying in my bed

and the rain begin to fall down on me
as the sadness growing deep down inside me
I feel a little insecure right now
I am crawling, looking for a place to hide

so where has all my lights gone?
for I need to find the way out of here
in my every breath, I am chanting your name
give me strength so I can save my soul

my mind keeps telling me to hold on
and say I have to be a real man
I’m still wondering if I’ll ever find my way
that leads me to your light & to your grace

so where has all my lights gone?
for I need to find the way out of here
in my every breath, I am chanting your name
with my every breath, I’m hoping

8. Akhir Dunia

begitu banyak kisah yang datang silih berganti
tak henti mewarnai setiap jejak langkahmu
begitupun adanya kepingan makna dirimu
yang terserak diantara lembaran kisah hidupmu

dan kini kau terjebak ditengah riuh dunia
terhimpit diantara hitam putih kehidupan
sementara sang waktu tak akan mau menunggu
seiring denyut hidup ia kan terus berdetak
saat langkahmu terhenti dan gelap
menyelimuti hatimu

sebaiknya kini engkau mulai berenang
sebelum kau terhanyut deras arus kehidupan
dan jangan pernah merasa inilah akhir dunia
seolah tak ada lagi jalan untuk kembali
saat jiwamu meredup
saat kegelapan menyelimutimu
sisakan satu ruang untuk bercermin
dan dengarkan mata hatimu berkata
jangan pernah berhenti mengejar  semua mimpimu

karena ini bukanlah sebuah akhir dunia
bukanlah akhir dunia

9. Ternyata Cinta

ingin sungguh aku bicara satu kali saja
sebagai ungkapan kata perasaanku padamu
telah cukup lama kudiam di dalam keheningan ini
kebekuan di bibirku tak berdayanya tubuhku
dan ternyata cinta yang menguatkan aku
dan ternyata cinta tulus mendekap jiwaku

kau yang sungguh selalu setia  menemani kesepianku
menjaga lelap tidurku membasuhku setulusnya
merekahnya fajar hatiku menghangatkan luruhku
dan resapkan keharuman engkau yang mencintaiku

10. Masih Tetap Tersenyum

ketika keretaku tak datang lagi
menjemput cintaku yang telah lama mati
seperti layaknya bintang tak bersinar
namun aku masih tetap tersenyum

ketika kekasihku meninggalkan aku
ku tak tahu kemana dia telah pergi
tak tersentuh, tak terjamah, tak kudengar lagi
namun aku masih menikmati hidup…

ketika keretaku telah datang kembali
membawa cintaku tertera di dasar hati
menawarkan kepedihan di antara tawa
namun aku masih tetap tersenyum

5-Tak Hanya Diam

Tak Hanya Diam adalah album kelima Padi yang dirilis pada Jum’at, 16 Novenber 2007. Album Tak Hanya Diam, mengambil single utama Sang Penghibur. Setelah lebih dari 2 tahun vakum dari dapur rekaman, Padi menggebrak dengan album baru Tak Hanya Diam. Album yang berisi 10 lagu ini tak lagi bertemakan ‘interpersonal’ (cinta) seperti 4 album sebelumnya, namun meluas menjadi kepedulian dari reaksi mereka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar.

Inti pesan dari lirik-lirik di dalam album Tak Hanya Diam terfokus pada soal tidak berfungsinya komunikasi yang berakibat beberapa bencana yang timbul secara beruntun di Indonesia, seperti tsunami dan gempa bumi.

Tak hanya temanya, peluncuran album ini juga cukup unik. Padi meluncurkan album terbaru mereka dengan tampil menyanyi di atas geladak KRI Teluk Mandar 514 yang berlayar perlahan di perairan Teluk Jakarta, Senin 12 November 2007, peluncuran album di atas kapal ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia.

Walau pada awalnya hanya ingin unik dari launching album secara konvensional, namun Padi kali ini memberikan isyarat kepada kita untuk selalu ingat bahwa negeri ini adalah negeri maritim dengan kekayaan dan keindahan laut yang dimiliki.

Selain itu, Padi juga mengenalkan logo baru mereka. Mereka mengaku perubahan logo ini hanya untuk lebih fresh saja, menghindari “kultus” logo Padi yang pertama karena Padi membuat logo bukan untuk membuat ‘laskar’.

Cover album Tak Hanya Diam mewakili tema dari album ini, cover yang berbentuk titik-titik saling berhubungan yang mencerminkan adanya saling sinergi satu sama lain didasari saling komunikasi untuk saling mengisi dalam damai. Di album ini juga terlihat keberanian Rindra (bass) dan Piyu (gitar) tampil sebagai vokalis di lagu “Belum Terlambat” dan “Jangan Datang Malam Ini”.

1. Sang Penghibur

setiap perkataan yang menjatuhkan
tak lagi kudengar dengan sungguh
juga tutur kata yang mencela
tak lagi kucerna dalam jiwa

aku bukanlah seorang yang mengerti
tentang kelihaian membaca hati
ku hanya pemimpi kecil yang berangan
tuk merubah nasibnya

oh… bukankah ku pernah melihat bintang
senyum menghiasi sang malam
yang berkilau bagai permata
menghibur yang lelah jiwanya, yang sedih hatinya
yang lelah jiwanya, yang sedih hatinya

kugerakkan langkah kaki
di mana cinta akan bertumbuh
kulayangkan jauh mata memandang
tuk melanjutkan mimpi yang terputus

masih kucoba mengejar rinduku meski peluh membasahi tanah
lelah penat tak menghalangiku menemukan bahagia

bukankah hidup ada perhentian
tak harus kencang terus berlari
kuhelakan nafas panjang
tuk siap berlari kembali, berlari kembali
melangkahkan kaki menuju cahaya

bagai bintang yang bersinar

menghibur yang lelah jiwanya
bagai bintang yang berpijar

menghibur yang sedih hatinya

2. Harmoni

aku mengenal dikau
tak cukup lama, separuh usiaku
namun begitu banyak pelajaran yang aku terima

kau membuatku mengerti hidup ini
kita terlahir bagai selembar kertas putih
tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
tan terwujud harmoni

segala kebaikan
tak akan terhapus oleh kepahitan
kulapangkan resah jiwa
karena kupercaya kan berujung indah

3. Belum Terlambat

belumlah terlambat untuk mengerti
dan belum terlambat untuk menumbuhkan cintaku

di pangkuan hati titian hidupku
tak pernah kutau ada sesuatu
di dalam jiwamu membahagiakan dirimu
betapa ku sungguh tak menyadari itu

apakah cinta yang membahagiakanmu
sesuatu yang ingin kumiliki

belumlah terlambat untuk mengerti
dan belum terlambat untuk menumbuhkan cintaku
selama hidup sepanjang usiaku
tak sekalipun pernah kumenyentuh wujudnya

membayangkan itu akupun mencoba
mengerti sedikit tentang perasaan itu
pernah terkaburkan oleh pilu kepedihan
mungkin aku salah mengartikan itu semua

belumlah terlambat untuk mengerti
dan belum terlambat untuk menumbuhkan cintaku
selama hidup sepanjang usiaku
tak sekalipun pernah kumenyentuh wujudnya

tak sekalipun ku menyentuh wujudnya…

apakah cinta yang membahagiakanmu
sesuatu yang ingin kumiliki

4. Rencana Besar

bisakah ku singgah dihatimu
berharap sebentuk tempat yang tulus
sesuatu yang kupercaya
ada tersimpan disana

terlalu lama aku harus terdiam
atau mungkin ku tak percaya sungguh
akan kesempatan dan kemungkinan
yang terjadi nanti

karena kuyakin ada pintu yang terbuka
di antara hatiku dan hatimu

its been years since we’ve met
and days had gone by
now its time to make up my mind
and I hope that we can make it to the end

bila firasat ini memang benar
memilikimu adalah maksud
dari sebuah rencana besar
merubah hidupku

jikalau aku harus berhitung benar
akan kemungkinan yang bisa ada
bilaku bisa memilikimu
bahagialah aku

karena ku yakin ada pintu yang terbuka
di antara hatiku dan hatimu

its been years since we ve met
and days had gone by
now its time to make up my mind
and I hope that we can make it to the end

its been years since we ve met
and days had gone by
now its the time to make up my mind
oh…May be I could nev er have you in my life

perkenankanlah aku singgah di hatimu
berharap sebentuk tempat yang tulus
sesuatu yang kupercaya
ada tersimpan disana

5. Terluka

langit masih terrbalut mendung hitam
masihku cemas bila saatnya dating

badai, angina, topan menghempas
segalanya kapankah akan berakhir

lumpur merendam
pilunya belumlah sirna
jika mentari panasnya tak lagi menyengat
apakah ini adalah akhir dari tempatku berpijak

kita mungkin terluka atau pun bisa mati
tapi janganlah pernah menyalahkan hidup

persiapkan hati persiapkan jiwa
atas segalanya yang bisa terjadi

gelombang biru menghunjam menyapu bumi
puing-puing tersisa mengiris hati

bilakah fajar akan bersinar dan berpijar lagi
menerangi dunia

kita mungkin terluka atau pun bisa mati
tapi janganlah pernah menyalahkan hidup

persiapkan hati persiapkan jiwa
atas segala yang yang bisa terjadi

6. Jika Engkau Bersedih

jika engkau bersedih pastilah ini ada maksudnya
andai engkau bisa tertawa seharusnya bahagia

dan jika karma itu ada berpeganglah atas hatimu
karena kau tak akan bias mengabaikan takdirmu

tak perlu engkau terus bersedih seperti dulu melemahkan niatmu
sudahi saja tangismu tetapkan hati berjuang bersama lagi

tahukah engkau bahwa cinta itu adalah anugerah
sama seperti adanya hidup kita hidup ini
mengertikah engkau bahwasanya gagal itu bukanlah kekalahan
selama kau memahami apa yang menguji hatimu

tak perlu lagi engkau bersedih seperti dulu melemahkan niatmu
semoga bertemu kembali tetapkan hati berjuang bersama lagi

tak perlu engkau terus bersedih seperti dulu melemahkan niatmu
semoga bertemu kembali mengingat hari berjuang bersama lagi

tak usah lagi bersedih, tak perlu terus bersedih…
tak usah lagi bersedih, tak perlu terus bersedih…

7. Teruslah Bernyanyi

hei, saatnya tuk kembali
saatnya tuk ikuti kata hati
saatnya tuk bernyanyi
melagukan mimpimu hari ini

biarkan senandungmu mewarnai dunia
dan biarkan sang waktu yang menguji semua
yang kau tawarkan

tebarkan cinta dan terus bernyanyi
nyanyikan lagu yang menghibur hati
hati yang sepi dan terus bersedih
sedih yang masih membayangi hidup
hidup di dunia hanya sementara
sementara lupakan semuanya
semuanya pasti akan berakhir
akhirnya kita pun akan kembali

hei, saatnya berlari memutar waktu menjalin mimpi
tak perlu kau resahkan semua yang menghadang langkah kaki
bukankah hidup ini adalah perjalanan yang tak berakhir

nyanyikan laguku
nyanyikan lagumu
oh… hooo… oo
nananana… nana… nanana….

8. Ode

semua cerita tentangmu yang masih tersimpan di dalam benakku
meresap di jiwaku memenuhi ruang hatiku

seperti cahaya mentari kau hadir terangi hidupku terangi jalanku
menuntunku memaknai semua

dan aku takkan melupakan semua yang indah
yang pernah engkau ucapkan

meski kau telah berlalu tak lagi di sisi

namun cintamu akan tetap hidup
tak terhapuskan tak tergilas oleh waktu

dan aku takkan melupakan
semua yang indah yang pernah engkau berikan

cintaku tak henti mengalir untukmu
mengenalmu adalah hal terindah yang pernah aku alami

oh…aku tak akan pernah melupakan
semua yang indah yang pernah engkau ungkapkan

setiap pesan kan terukir di hati
semoga damai selalu bersamamu
semoga damai selalu bersamamu

9. Jangan Datang Malam Ini

kau datang mengejutkan diriku
menikam hatiku detak jantungku
sesungguhnya ku tak inginkan dirimu
di saat ini, di tempat ini

di pelupuk hatiku melupakanmu
di pusara jiwaku
pernah ku memiliki
kisah tersembunyi dalam hidupku

mengapa kau harus datang disini
malam ini tak bisa aku hindari
maafkan bila kumenafikanmu
bukan saatnya dan bukan waktunya

apa pun yang terjadi
kau tahu sebenarnya hidupku sudah menyenangkan…
saat ini sudah cukup, cukup sudah, cukup sudah
ku berbahagia

tak sepatutnya kita berjumpa lagi
tak sepantasnya aku menyimpan perasan di satu tanganku yang lain

semua telah berakhir di hari itu
tak perlu kususun lagi serpihan yang dulu
aku tak bisa menjadikan semunya sempurna
hanya keinginan yang terbaik bagi semua…

kau datang disini

terlanjur mengejutkanku

10. Aku Bisa Menjadi Kekasih

segalanya kan bisa menjadi baik
jika kita tak saling menyakiti
apapun yang sudah terjadi
bilakah kita harus merelakannya

memaafkan itu tak seberat memindah samudera
tak ada yang paling sempurna
kuserahkan padamu, kepadamu

aku bisa menjadi kekasihmu
aku bisa menjadi teman
aku bisa menjadi musuhmu
aku bisa menjadi sahabatmu

menerjemahkan isi hati
mungkin lebih baik dengan berbicara
bukakanlah jalannya hidup menjadi mudah
bila kita saling bisa melengkapi

memaafkan itu tak seberat memindah samudera
tak ada yang paling sempurna
kuserahkan padamu, kepadamu

aku bisa menjadi kekasihmu
aku bisa menjadi teman
aku bisa menjadi musuhmu
aku bisa menjadi sahabatmu

Sobat Padi

Sholat

SHOLAT FARDLU

SHOLAT SEBAGAI IBADAH KEPADA TUHAN YANG MAHA KUASA


Definisi Sholat :

Sholat menurut bahasa berarti do’a, sedang menurut istilah adalah suatu bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Dan telah diwajibkan kepada manusia untuk beribadah kepada Allah Swt (QS.2:21), khusus dalam hal ini terhadap ummat islam yaitu wajib menjalankan sholat wajib 5 waktu sehari-semalam (17 raka’at). Sholat (baik wajib maupun sunnah) sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, yang oleh karenanya Allah Swt mengajarkan bila hendak memohon pertolongan Allah Swt yaitu dengan melalui sholat dan dilakukan dengan penuh kesabaran serta sholat dapat mencegah untuk berbuat keji dan munkar. Di bawah ini akan diuraikan tentang sholat-sholat wajib dan sholat-sholat sunnah berikut dengan jumlah raka’at dan waktu pelaksanaanya.

A. Sholat Wajib / Fardlu :

Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim “Innash Sholata Kaanat ‘Alal Mu’miniina Kitaaban Mauquuta : Sholat itu wajib dikerjakan oleh muslim/mu’min yang sudah ditentukan waktu-waktunya”, dan akan mendapat pahala dari Allah Swt – bila mengerjakannya, serta akan mendapat siksa dari Allah Swt – bila tidak mengerjakannya).

Adapun macam-macam sholat wajib/fardlu sebagaimana “ISLAM”, berikut Sholat Sunnah Rawatib sbb :

1.      Sholat Isya’ yaitu sholat yang dikerjakan 4 raka’at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar) yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah (sebelum) dan ba’diyah (sesudah) sholat isya.

2.      Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 raka’at dengan satu kali salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10) yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba’diyah dilarang.

3.      Sholat Dzuhur  yaitu sholat yang dikerjakan 4 raka’at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa’at matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba’diyah (dua raka’at-dua raka’at atau empat raka’at-empat raka’at dengan satu kali salam).

4.      Sholat ‘Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 raka’at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka’at atau empat raka’at (satu kali salam).

5.      Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 raka’at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba’diyah dua raka’at atau empat raka’at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan (karena akan kehabisan waktu).

Bila dalam keadaan normal sholat wajib harus dikerjakan sesuai waktunya, tapi bila dalam keadaan bepergian (antara + 81 Km) atau dalam keadaan masyaqot/kesulitan keadaan, boleh dilakukan dengan cara Jama’ dengan ketentuan jumlah raka’atnya tidak berkurang.

Jama’ terbagi dua yaitu :

  1. Jama’ Taqdim : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan menarik waktu yang terbelakang, seperti : sholat Ashar dilakukan pada waktu sholat Dzuhur, dan sholat Isya dilakukan pada waktu sholat Maghrib, kesemuanya itu dilakukan secara bersama-sama.
  2. Jama’ Ta’khir : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan mengakhirkan waktu yang pertama, seperti : sholat Dzuhur dilakukan pada waktu sholat Ashar dan sholat Maghrib dilakukan pada waktu sholat Isya.

Adapun sholat Jama’ dapat pula dilakukan dengan cara mengqoshor (mengurangi) raka’at disebut Jama’ Qoshor, seperti : Dzuhur = 2 raka’at, Ashar = 2 raka’at, dan Isya = 2 raka’at, kecuali sholat shubuh tidak boleh dijama’ qoshor.

Puasa

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad SAW.

Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu, bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu:

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad SAW.

Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu, ada yang praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah pahala, ada juga puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi, kemudian puasa bertapa, seperti puasa yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi, dan puasa kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut.
Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan, tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan aspek kejiwaan, sebagaimana telah menunjukkan keluwesan Islam.

Secara etimologi, puasa berarti menahan, baik menahan makan, minum, bicara dan perbuatan. Sedangkan secara terminologi, puasa adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari dengan memakai niat tertentu.

Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi saw. “Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”

Yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang, yaitu:
Pertama, nilai formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya tinjau dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, padahal Rasulullah SAW telah memberikan peringatan terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang berbunyi :

“Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar dan haus saja”. (HR Bukhari)

Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa hakekat atau esensi puasa tidak hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja, melainkan dalam puasa terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti diikuti.
Kedua, nilai fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk menjadikan manusia bertakwa. (QS. Al-Baqarah 183)
Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.

Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil).

Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah SWT mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan mukjizat terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga, inilah nikmat terbesar dan teragung, maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.

Pendekatan kesehatan, mengapa kita perlu berpuasa?
a. Bagi Kesehatan Fisik
Umat Islam tidak berpuasa karena alasan manfaat puasa bagi kesehatan. Padahal sejak lama, puasa dijadikan semacam terapi bagi mereka yang bermasalah dalam hal kelebihan berat badan. Dengan berpuasa, kerja alat-alat pencernaan diistirahatkan. Berpuasa mempunyai efek yang banyak berlawanan dibandingkan jika seseorang melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badannya. pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
Puasanya umat Islam di bulan Ramadhan sangat berbeda dengan perencanaan diet, puasa Ramadhan tidak mengurangi asupan gizi dan kalori, cuma kadarnya sedikit lebih rendah dari kebutuhan nutrisi yang normal. Selain itu, orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, masih bisa menyantap setiap jenis makanan, sementara mereka yang berpuasa untuk diet, hanya boleh makan makanan tertentu. Faktor lainnya yang membuat puasa Ramadhan menyehatkan adalah, mereka yang berpuasa melakukannya dengan sukarela dan hati yang ikhlas, bukan karena resep atau anjuran dari dokter.

Ramadhan adalah bulan pengendalian dan pelatihan terhadap diri sendiri, dengan harapan pengendalian dan pelatihan ini akan terus berlanjut meski bulan Ramadhan sudah berakhir. Jika kebiasaan berpuasa dilanjutkan meski bukan pada bulan Ramadhan, apakah untuk keperluan diet atau ibadah, efeknya akan terasa dalam jangka panjang.

Pada dasarnya orang yang berpuasa itu hanya melewatkan saat makan siang dan mempercepat waktu makan pagi, orang yang berpuasa juga hanya tidak minum selama 8 sampai 10 jam dan itu tidak membahayakan kesehatan dan tidak menyebabkan dehidrasi yang buruk bagi tubuh manusia. Sebaliknya, dehidrasi ringan dan penyimpanan air dalam tubuh bisa meningkatkan kesempatan hidup.
Dampak positif lainnya bagi tubuh, puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kegemukan dan darah tinggi.
Dalam kondisi tertentu, seorang pasien bahkan dibolehkan berpuasa, kecuali mereka yang menderita sakit diabetes yang sudah parah, jantung koroner dan batu ginjal.
Puasa dapat menjaga perut yang penuh disebabkan banyak makan adalah penyebab utama kepada bermacam-macam penyakit terutamanya kegendutan yang menyebabkan timbulnya sub penyakit lain. Maka puasalah satu-satunya cara yang dapat memelihara anggota badan daripada semua penyakit kerana melaluinya unsur-unsur racun di dalam makanan dapat dinetralkan setelah berpadu di antara satu sama lain.

Sesungguhnya kesan lapar di dalam perobatan adalah lebih baik daripada penggunaan obat, penyakit-penyakit seperti tekanan darah tinggi, pertambahan lemak dan peningkatan gula dalam darah amat mudah menyerang dan melemahkan kekuatan badan individu tersebut. Sesungguhnya tiada obat yang khusus bagi memulihkannya melainkan dengan berpuasa kerana dengan berpuasa terbentuklah suatu sistem yang baru dalam badan yang bertindak mematikan sel-sel lama untuk digantikan dengan sel-sel baru yang lebih baik dan bertenaga.
Ditinjau Dari sudut kesuburan seorang wanita, puasa juga merupakan satu cara yang dapat mengurangkan kesan hormon broloktin yang menyebabkan kemandulan. Kesimpulannya puasa dapat menyehatkan sistem tubuh dan dapat mencegah penyakit-penyakit seperti kencing manis dan kegendutan.

b. Bagi Kesehatan Psikis
Dari sisi psikis, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan cenderung merasa tenang dan damai. Setiap orang berusaha untuk menahan amarahnya dan tingkat kejahatan pada bulan Ramadhan biasanya menurun. Umat Islam senantiasa mengingat nasehat Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Jika sesesorang menghujatmu atau menyulut emosimu, katakanlah bahwa saya sedang berpuasa.”
Meningkatnya kualitas psikis inilah yang berkaitan dengan stabilitas gula darah yang lebih baik selama bulan Ramadhan, yang berpengaruh pada perubahan tingkah laku. Begitu juga dengan kebiasaan sholat malam. Sholat bukan hanya bermanfaat bagi penyerapan makanan, tapi juga untuk melepaskan energi. Setiap sholat dengan gerakan-gerakannya yang ringan seseorang melepaskan 10 ekstra kalori. Dengan kombinasi itu, sholat menjadi semacam olahraga yang cukup baik selama Ramadhan. Sama halnya dengan kebiasaan membaca Al-Qur’an, bukan hanya membuat hati dan pikiran tenang, tapi juga bisa menjaga hapalan Al-Qur’an.
Puasa adalah bentuk peribadahan khusus, hubungannya hanya antara Allah SWT dan orang yang bersangkutan. Karena tidak satupun yang selain, Allah dan orang itu sendiri yang tahu apakah ia benar-benar berpuasa.

c. Bagi Kesehatan Sosial
Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Iran, Irak, Palestina dan sebagainya. Puasa sebagai tradisi agama-agama yang memiliki makna universal harus dijadikan energi positif bagi menguatnya pemahaman multikultural yang disemangati oleh nilai-nilai ketuhanan (rabbaniyah) dan kemanusiaan (insaniyah).
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita, bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya.

by Bambang Riadi

Sholat Tahajud

Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakan sholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.

Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .

Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )

Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )

Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.

Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
Materi di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad

Keutamaan Doa

1. Do’a adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah. (HR. Tirmidzi)

2. Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la)

3. Akan muncul dalam umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam berthaharah dan berdoa. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Penjelasan:
Yakni berdoa atau mohon kepada Allah untuk hal-hal yang tidak mungkin dikabulkan karena berlebih-lebihan atau untuk sesuatu yang tidak halal (haram).

4. Do’a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah. (HR. Ahmad)

5. Jangan mendo’akan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula do’amu. (Ibnu Khuzaimah)

6. Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa do’a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)

7. Do’a yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah). (HR. Ahmad)

8. Bermohonlah kepada Robbmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berfirman (hadits Qudsi): “Barangsiapa berdo’a (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka Aku akan mengabulkan do’anya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku maka aku angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku merahmatinya dan barangsiapa mohon pengampunanKu maka Aku ampuni dosa-dosanya.” (Ar-Rabii’)
9. Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)

10. Barangsiapa tidak (pernah) berdo’a kepada Allah maka Allah murka kepadanya. (HR. Ahmad)

11. Apabila kamu berdo’a janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.” Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Ahmad)

13. Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah ‘Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : “Adakah orang yang berdo’a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?” Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh). (HR. Ahmad)

14. Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada do’a. (HR. Ahmad)

15. Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

16. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa. (HR. Al Hakim)

17. Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)

18. Barangsiapa mendo’akan keburukan terhadap orang yang menzaliminya maka dia telah memperoleh kemenangan. (HR. Tirmidzi dan Asysyihaab)

19. Ambillah kesempatan berdo’a ketika hati sedang lemah-lembut karena itu adalah rahmat. (HR.Ad-Dailami)

20. Ali Ra berkata, “Rasulullah Saw lewat ketika aku sedang mengucapkan do’a : “Ya Allah, rahmatilah aku”. Lalu beliau menepuk pundakku seraya berkata, “Berdoalah juga untuk umum (kaum muslimin) dan jangan khusus untuk pribadi. Sesungguhnya perbedaan antara doa untuk umum dan khusus adalah seperti bedanya langit dan bumi.” (HR. Ad-Dailami)

21. Berlindunglah kepada Allah dari kesengsaraan (akibat) bencana dan dari kesengsaraan hidup yang bersinambungan (silih berganti dan terus-menerus) dan suratan takdir yang buruk dan dari cemoohan lawan-lawan. (HR. Muslim)

22. Tidak ada manfaatnya bersikap siaga dan berhati-hati menghadapi takdir, akan tetapi do’a bermanfaat bagi apa yang diturunkan dan bagi apa yang tidak diturunkan. Oleh karena itu hendaklah kamu berdoa, wahai hamba-hamba Allah. (HR. Ath-Thabrani)

23. Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) – Dr. Muhammad Faiz Almath – Gema Insani Press

Kriteria Memilih Partner Hidup

Bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami?

A. Kriteria Memilih Calon Istri

Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :

1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)

Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)

Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)

Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.

Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :

a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.

b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.

3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.

Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :

Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”

4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.

Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.
Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya, di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.

B. Kriteria Memilih Calon Suami

1. Islam.

Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)

2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.

Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)

Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.

Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)

Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”

Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.

Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu a’lam bish shawab…

Taken from:
http://gugundesign.files.wordpress.com/

Penyemangat Di Awal Hari

Awal yang baik sangat berpengaruh bagi kesuksesan suatu proses.

Tanyakan pada seorang pelari, kesuksesannya saat start berpengaruh besar baginya untuk terdepan mencapai garis finish. Ketika ia telat start, maka ia harus bersusah payah untuk mendahului lawan-lawannya. Saking berpengaruhnya, maka kita kenal “curi start” dalam perlombaan lari.

Tanyakan juga pada perenang. Lompatan awalnya sangat berpengaruh untuk kesuksesannya terdepan menyentuh garis finish. Kalau terlalu pendek melompat, atau malah terpeleset, maka ia akan kesulitan mengalahkan lawan-lawannya. Tanyakan juga pada pembalap. Bagaimana pentingnya sebuah start. Kalau bisa, ia harus berada di posisi nomor 1 dalam start.

Begitu juga dalam keseharian kita. Start yang baik di pagi hari akan berpengaruh bagi kesuksesan kita di hari itu.

Kalau kita terbangun tanpa semangat, maka kemurungan akan mengisi hari kita. Tetapi kalau kita terbangun dengan penuh semangat dan bergairah, maka hari yang cerah telah menunggu kita.

Setiap hari adalah pertempuran. Kita harus memenangkan pertempuran dalam setiap harinya. Oleh karena itu, kita harus memasuki pertempuran dengan mental seorang pemenang, bukan pecundang. Dengan begitulah kita bisa berjaya di medan pertempuran.

Boleh saja mensugesti diri ketika bangun tidur dengan kata-kata yang bersemangat. Misalnya, “Selamat datang di hari yang menyenangkan…”, atau “Selamat pagi, waah senangnya bertemu hari yang baru…”. Kata-kata motivasi tersebut semoga bisa membuat kita lebih bersemangat mengarungi itu.

Tapi ada kata-kata yang penuh motivasi yang diajarkan oleh Rasulullah. Kata-kata yang bukan sekedar mantra, tapi menyemangati kita. Kata-kata tersebut dalam bentuk doa.

Terdapat dalam hisnul muslim, bacaan ketika bangun tidur ialah: “Alhamdulillahilladzi ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihinnusyuur.” “Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangitkan.” Doa tersebut bisa menjadi kata-kata penyemangat kalau diresapi ketika diucapkan, asal bukan sekedar ucapan rutin tanpa penghayatan, apalagi bila tidak diucapkan. Kata-kata tersebut bukan mantra, tapi doa yang maknanya menyemangati.

“Alhamdulillah”. Ucapan syukur seorang hamba atas berbagai nikmat-Nya. Melalui ucapan pertama ketika bangun tidur, Rasulullah mengajak kita untuk menyadari bahwa hidup kita berada dalam limpahan nikmat-Nya. Dan seperti hari-hari yang lain, hari yang akan kita masuki adalah hari yang berlimpahan nikmat-Nya. Ada segudang nikmat tak terhitung yang menunggu kita di hari itu. Dan bersiap lah mendapatkan nikmat yang lebih besar lagi melalui ucapan tersebut.

“Allah tidak memberikan nimat kepada seorang hamba yang kemudian ia membaca Alhamdulillah, melainkan nikmat yang Dia berikan lebih baik dari apa yang diterima oleh hamba itu.” (Diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

Kalau kita tahu bahwa ada nikmat yang berlimpah yang akan menunggu kita, lalu apa yang membuat kita tidak bergairah menyambut hari? Maka ucapkanlah “Alhamdulillah” dengan senyum dan penuh penghayatan, menghadirkan kata-kata tersebut ke dalam hati dan tulus berterima kasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya.

“Alladzi ahyanaa ba’da maa amatanaa…”. Setelah mengucapkan syukur, kesadaran kita diarahkan pada kenyataan bahwa kita sedang hidup. Kita mendapatkan kehidupan setelah melalui proses kematian kecil – yang juga adalah nikmat-Nya yang lain. Kehidupan inilah yang menjadi objek syukur dalam doa ini. Dan Allah lah yang memberi nikmat tersebut.

Ya, kehidupan itu adalah sebuah nikmat. Karena melalui kehidupan lah kita bisa merasakan berbagai nikmat tak terhitung dari Allah. Dan melalui kehidupan, kita mendapat kesempatan berbuat untuk kehidupan yang lain di akhirat nanti, yang kekal abadi. Karena itu bersemangat lah menjalani nikmat Allah yang satu ini!!!

“Wa ilaihin nusyuur”. Doa ini, kata-kata penyemangat ini, ditutup dengan kesadaran bahwa kita akan kembali pada-Nya. Kesadaran ini membuat kita bertambah semangat lagi, karena kita sebagai seorang muslim tentu menginginkan perjumpaan dengan-Nya. Seorang muslim mustilah rindu begitu sangat kepada-Nya.

Maka bagi orang yang rindu akan perjumpaan pada-Nya, bersemangatlah menggunakan nikmat hari yang cerah ini untuk diisi dengan amal sholeh. Ayo semangat!!!

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS Al Kahfi : 110)

Kesadaran bahwa kita akan kembali pada-Nya, akan membuat kita bergairah mengarungi hidup walau pun kita sadar kita memiliki masalah. Tertanam dalam kesadaran kita, bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah. Kita sadar bahwa berbagai penyakit dan musibah yang kita hadapi adalah dari Allah – dengan tujuan untuk menguji kita, dan Allah lah tempat kita memohon agar Ia rela mengambil semua penyakit dan masalah kita. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”

Allah lah tempat kembali kita. Kita ‘mentok’ kepada-Nya. Penggal ini dalam doa sesudah tidur, membuat kita menjadi optimis dan bersemangat menghadapi berbagai masalah yang ada, karena kita punya Allah. Kita punya Allah. Kita serahkan pada-Nya berbagai permasalahan kita. Dan ia adalah sebaik-baik Pemecah Masalah.

Ayo, semangatlah mengarungi hari yang baru. Awali hari ini dengan start yang baik, yang elegan. Motivasi diri kita dengan sunnah Rasulullah, doa bangun tidur.

Taken from:
http://andaleh.blogsome.com/2009/02/18/penyemangat-di-awal-hari/

Homo Homini Lupus

Homo homini lupus. Bahwa manusia akan saling memangsa dengan sesamanya, telah disinyalir oleh para malaikat ketika Allah swt mengumumkan bahwa Ia Azza wa Jalla hendak menciptakan khalifah di bumi dari kalangan manusia.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS 2:30)

Karena sudah wataknya, manusia pun saling menyakiti satu sama lain. Ditopang dengan sifat dendam, membuat pekerjaan saling menyakiti itu menjadi lingkaran setan yang tak pernah putus.

Allah sengaja menjadikan manusia itu sebagai makhluk yang saling memangsa satu sama lain. “Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu maha Melihat.”(QS 25:20). Itu semua dalam rangka ujian untuk hamba-Nya. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS 67:2).

Tetapi keadilan itu ada. Allah menurunkan syariat-Nya yang adil untuk ditegakkan di tengah umat manusia. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.” (QS 2: 178). Di tangan pemimpin yang adil, syariat ini menjadi syariat yang menjaga kelangsungan hidup manusia. “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS 2:179)

Dan apabila kezholiman tidak bisa diadukan pada pemimpin yang adil, Allah sendiri Maha Adil. Ia menerima pengaduan hamba-Nya yang terzholimi.”Berhati-hatila

h dengan doa orang yang dizholimi sungguh tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah SWT” (HRBukhori, Muslim, an Nasa’i, ibnu Majah, ad Darimi, dan Ahmad).

Memang kita diberi jalan untuk mencari keadilan. Tapi sebenarnya tindakan zholim orang lain adalah peluang yang besar bagi kita untuk mendulang pahala yang besar dan meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allah.

Ada banyak dalil yang menyebutkan keutamaan memaafkan. Tapi saya hendak mengajak pembaca untuk mentadaburi surat Asy-Syuura, pada ayat 39-41. Dalam rangkaian ayat-ayat tersebut Allah dua kali menyatakan bahwa tidak ada dosa bagi penuntut keadilan dan Allah pun juga dua kali menegaskan bahwa bersabar dan memaafkan itu lebih baik. Susul menyusul.

“Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri (ayat 39). Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim (ayat 40). Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka (ayat 41). Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih (ayat 42). Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan (ayat 43).”

Allah memperbolehkan untuk menuntut keadilan, tetapi menawarkan yang terbaik. Ada pahala dari Allah serta keutamaan memaafkan dan kesabaran.

Kebaikan dari memaafkan ini tidak cuma didapat oleh yang memaafkan, tapi kadang juga diterima oleh yang dimaafkan. Ya, memaafkan itu kadang mendatangkan kebaikan bagi pelaku kezholiman.

Kadang kala ada suatu kezholiman yang sudah pantas untuk dibalas. Tapi demi kebaikan yang hadir di masa yang akan datang, kezholiman itu tidak dibalas segera. Itu yang berlaku kala Rasulullah ditolak dakwahnya dan bahkan dianiaya oleh penduduk Thoif. Cerita ini sudah sangat masyhur. Saat itu Allah mengutus Jibril dan Malaikat Gunung untuk menemui Rasulullah. Lalu malaikat gunung pun menawarkan Rasulullah untuk meratakan Thoif dengan tanah. Tapi Rasulullah menolak dengan jawaban yang elegan.”Tidak, bahkan aku berharap dari keturunan mereka akan muncul orang yang beribadah kepada Allah yang tidak menyekutukannya”.

Dan harapan Rasulullah pun terwujud. Kelak kemudian lahir ahli fiqh dan ahli ibadah dari penduduk Thoif.

Ada cerita tentang orang yang ujub dan ghurur. Ia merasa sudah rajin beribadah dan berdakwah. Lalu ada sekelompok orang yang menyakiti dirinya. Ia menyangka bahwa orang yang zholim itu tidak akan selamat dari balasan Allah karena telah menyakiti dirinya yang telah beramal sholeh.

Pandangan ini keliru. Betapa banyak sahabat Rasulullah yang tadinya mereka termasuk orang yang gencar sekali memusuhi Rasulullah saw. Ada Umar bin Khattab ra, Abu Sofyan ra, Khalid bin Walid ra, dan banyak sahabat lain. Karena maaf Rasulullah saw lah mereka selamat dari memperoleh balasan atas kejahatan mereka dan menikmati peluang untuk bertaubat dan berbuat baik.

Kejahatan orang lain pada diri kita adalah sebuah bentuk ujian dari Allah. Atas kejahatan orang, kita bersabar; dan terhadap pelakunya, kita memaafkan. Bersabar dan memaafkan itu sangat-sangat baik untuk kita. Jangan mudah dendam, dan jangan sulit memaafkan. Jangan cepat menyangka orang yang berlaku zholim itu tidak akan pernah selamat dari azab Allah. Itu rahasia Allah. Bisa saja orang yang zholim itu justru Allah takdirkan kelak akan memperoleh kebaikan yang lebih dari kita.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Allah tertawa melihat dua orang yang telah bunuh membunuh dan keduanya masuk surga. Seorang pejuang berjuang di jalan Allah (Fisabilillah) lalu terbunuh kemudian yang membunuh masuk Islam dan ikut berjihad Fisabilillah sehingga mati syahid terbunuh pula.” (HR Bukhari – Muslim)

Memang ada mekanisme pengaduan kepada Allah. Tapi jangan terburu-buru menghendaki keburukan bagi orang lain. Beri kesempatan orang lain untuk selamat agar bisa memperoleh hidayah. Lebih baik lagi kalau kita yang mendoakannya mendapatkan hidayah.

Selain itu, di balik perilaku jahat orang lain sebenarnya memberi peluang bagi kita untuk dekat dengan orang itu. Mungkin orang tersebut memiliki sesuatu manfaat bagi kita apabila kita dekat dengannya. Misalnya orang tersebut atasan kita. Mungkin kalau kita dekat dengan dia, karir kita bisa lancar atau cepat naik gaji. Nah, salah satu jalan untuk dekat itu sebenarnya adalah perilaku tidak menyenangkan orang itu pada kita. Kalau kita membalasnya dengan kebaikan, maka insya Allah akan terjadi seperti pada firman Allah berikut:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS 41:34)

Ada banyak sekali keutamaan yang didapat dari memaafkan. Bahkan seorang sahabat dipastikan sebagai ahli surga oleh Rasulullah walaupun ibadahnya tidak istimewa, hanya karena ia suka memaafkan orang lain. Menjelang tidurnya ia sempatkan diri untuk membersihkan hatinya dan memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain.

Sudah dikutip di atas, surat Al-Furqaan (25) ayat 20, bahwa Allah menjadikan manusia menjadi ujian bagi yang lain agar manusia itu membuktikan kesabarannya. Itulah hikmah dari “homo homini lupus”.

Taken from:
http://andaleh.blogsome.com/2009/09/02/memaafkan/

Waktu

waktu adalah sebilah pedang, ia akan senantiasa menebas jalan hidup kita tanpa ampun, bila kita tidak memanfaatkannya dengan baik…

waktu adalah obat yang paling manjur, ia akan menyembuhkan segala luka hati kita, separah apapun derita yang kita rasakan…

waktu adalah jalan panjang tak terduga kemana berbelok dan entah di mana berhenti, ia akan mengantarkan kita menemukan pengalaman yang tidak pernah kita bayangkan, bahkan dalam mimpi sekalipun…

waktu adalah guru terbijak, ia akan membimbing kita membetulkan kesalahan yang kita buat dan akan mempertemukan kita dengan kebenaran yang selalu kita cari…

waktu adalah hal yang sangat berharga, melewati waktu tanpa guna sama halnya dengan menderita kekalahan…

waktu adalah sahabat yang paling mengerti siapa diri kita, ia akan selalu mendengarkan segala curahan hati kita dan takkan pernah protes atas apa yang kita lakukan demi kebaikan kita…

waktu adalah kekasih yang paling setia, ia akan selalu menjadi pendamping yang paling tangguh dan dijamin tidak akan lari dalam menghadapi beragam masalah yang menghadang…

waktu adalah raksasa yang bisa saja menghancurkan nasib kita di masa mendatang, atau juga sebaliknya…

24 Maret 2010